Selasa, 7 Oktober 2025

Donald Trump Pimpin Amerika Serikat

Trump Ancam Aneksasi Greenland dan Kanada: AS Sangat Membutuhkannya!

Trump kembali lontarkan ancaman aneksasi Greenland dan Kanada demi kepentingan AS, picu kecaman internasional dan penolakan keras dari kedua negara.

Tangkap layar dari YouTube Global News
AS REBUTAN GREENLAND. - Foto merupakan tangkap layar dari YouTube Global News yang diambil pada Selasa (11/2/2025), menunjukkan Greenland diselimuti salju. Presiden AS Donald Trump telah mengintensifkan retorikanya mengenai Greenland, sebuah wilayah yang secara resmi merupakan bagian dari Denmark. Trump kembali lontarkan ancaman aneksasi Greenland dan Kanada demi kepentingan AS, picu kecaman internasional dan penolakan keras dari kedua negara. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kembali melontarkan ancaman aneksasi terhadap Greenland dan Kanada.

Trump dengan menyebut penggunaan kekuatan militer sebagai opsi yang tidak dikesampingkan.

"Amerika sangat membutuhkan Greenland," kata Trump dalam wawancara dengan NBC News yang ditayangkan Minggu (4/5/2025),

“Saya tidak mengatakan saya akan melakukannya, tapi saya tidak mengesampingkan apa pun,” ujarnya kepada Kristen Welker dari NBC.

Trump menekankan Greenland memiliki posisi strategis dan populasi kecil yang menurutnya “akan dijaga dan dihargai oleh AS”.

Greenland merupakan wilayah otonom Denmark yang kaya sumber daya alam.

Wilayah ini sudah lama menjadi perhatian Trump sejak masa kepresidenannya yang pertama.

Ini bukan pertama kalinya Trump menyatakan minat untuk menguasai Greenland, baik melalui pembelian maupun dengan “cara lain” seperti tekanan ekonomi atau kekuatan militer.

“Greenland memiliki posisi geografis sangat penting, terutama dalam konteks persaingan dengan Rusia dan China di Arktik,” kata seorang analis geopolitik kepada BBC News.

Pulau terbesar di dunia ini terletak di antara Amerika Utara dan Eropa, serta menjadi bagian dari celah Greenland-Islandia-Inggris—wilayah strategis yang krusial dalam pertahanan Atlantik Utara.

Selain posisi militer, Greenland juga menyimpan cadangan minyak, gas, dan logam tanah jarang yang sangat dibutuhkan untuk teknologi energi bersih dan peralatan militer.

Baca juga: PM Denmark Kunjungi Greenland setelah JD Vance Iming-imingi agar Gabung AS

Para ahli menduga bahwa Trump tertarik pada potensi eksplorasi yang meningkat seiring pencairan lapisan es akibat perubahan iklim.

Pemerintah Greenland tidak tinggal diam.

Perdana Menteri Greenland, Jens-Frederik Nielsen, membalas pernyataan Trump dengan tegas pada Maret lalu.

“Amerika Serikat tidak akan mendapatkan Greenland,” tegasnya.

“Kami bukan milik siapa pun. Kami menentukan masa depan kami sendiri,” katanya seperti dikutip dari Al Jazeera.

Sikap keras tersebut mencerminkan penolakan konsisten dari Denmark dan Greenland sejak ide pencaplokan pertama kali muncul pada 2019.

Tak hanya Greenland, Trump juga menyinggung Kanada sebagai target potensial untuk dimasukkan ke dalam wilayah Amerika Serikat.

Ia bahkan pernah menyebut bahwa Kanada bisa menjadi “negara bagian ke-51” AS.

Komentar tersebut memperburuk hubungan diplomatik dengan Ottawa, terutama di tengah ketegangan tarif dan perdagangan.

Minggu lalu, Perdana Menteri Kanada Mark Carney memenangkan pemilu federal melalui gelombang penolakan terhadap kebijakan Trump.

Dalam pidato kemenangannya, Carney menegaskan bahwa “Kanada tidak akan pernah menyerah kepada Amerika Serikat.”

Pada wawancara yang sama dengan NBC, Trump sempat ditanya tentang kemungkinan menggunakan kekuatan militer untuk mencaplok Kanada.

“Saya tidak melihat itu terjadi,” katanya.

“Tapi saya akan selalu membicarakannya,” tambahnya saat ditanya apakah isu itu akan diangkat dalam kunjungan bilateral pekan ini.

Baca juga: JD Vance Rayu Rakyat Greenland Bergabung dengan AS, Remehkan Pemerintah Denmark

Trump mengaku telah berbicara dengan Carney melalui telepon untuk mengucapkan selamat atas kemenangan pemilu.

Carney dijadwalkan bertemu Trump di Washington pada Selasa (6/5/2025).

Kemungkinan topik aneksasi Greenland bakal menjadi sorotan utama pertemuan keduanya.

Ancaman Trump terhadap wilayah berdaulat seperti Greenland dan Kanada menuai kecaman internasional dan menimbulkan pertanyaan tentang arah kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinannya.

Menurut para pengamat, komentar semacam ini memperkuat citra Trump sebagai pemimpin yang agresif dalam mengejar kepentingan nasional, meski harus melanggar norma diplomasi internasional.

“Ini bukan sekadar wacana aneksasi—ini sinyal bahwa AS akan makin menantang tatanan global jika Trump terus melaju dengan kebijakan unilateralis,” ujar Profesor Nadia Habbas dari King’s College London kepada The Guardian.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved