Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Harus Patuh, Putin Umumkan Gencatan Senjata Sepihak pada 8-10 Mei 2025

Putin mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari pada 8-10 Mei 2025 dengan Ukraina demi memperingati 80 tahun Perang Dunia II.

Kremlin/Sofya Sandurskaya, TASS
PUTIN TEMUI SANDERA - Foto diambil dari Kremlin, Jumat (18/4/2025). Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu mantan sandera Israel-Rusia, Alexander Troufanov, ibunya Yelena Troufanova, dan tunangannya Sapir Cohen di Kremlin, Moskow, pada Rabu (16/4/2025). Putin mengumumkan gencatan senjata sementara terkait perang dengan Ukraina pada 8-10 Mei 2025 dalam rangka memperingati 80 tahun Perang Dunia II. Dia menegaskan gencatan senjata tersebut harus turut dilakukan Ukraina meski belum ada konfirmasi dari Kyiv. Hal ini diumumkan Kremilin pada Senin (28/4/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata sepihak sementara selama tiga hari terkait perang melawan Ukraina mulai 8-10 Mei 2025.

Dikutip dari BBC, gencatan senjata ini untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II.

Kremlin pun menyatakan kesiapannya untuk melakukan pembicaraan damai dengan 'prasyarat'.

"Jika terjadi pelanggaran gencatan senjata oleh Ukraina, Rusia akan merespons," ujar Kremlin, Senin (28/4/2025).

Kremlin juga menegaskan bahwa Ukraina harus turut melakukan gencatan senjata tersebut, meski belum ada konfirmasi terkait kesepakatan ini.

Kremlin menuturkan Putin mengatakan gencatan senjata dilakukan demi alasan kemanusiaan untuk menandai hari libur pada 9 Mei yaitu perayaan kekalahan Nazi Jerman.

Di sisi lain, hingga saat ini, Putin telah menolak untuk melakukan gencatan senjata tanpa syarat dan mengaitkannya dengan penghentian pasokan senjata Barat ke Kyiv dan mobilisasi Ukraina.

Sementara, sebelum pengumuman gencatan senjata ini, Ukraina dan Rusia saling menyasar satu sama lain dengan serangan jarak jauh.

Kementerian Pertahanan Rusia menuturkan pasukannya telah menjatuhkan 119 pesawat tak berawak Ukraina dalam semalam, sebagian besar dari mereka berada di wilayah perbatasan Rusia.

Baca juga: Korea Utara Akui Bantu Rusia Bebaskan Kursk dari Pasukan Ukraina

Di Ukraina, sirene serangan udara berbunyi di seluruh negeri pada Senin pagi waktu setempat.

Tidak ada laporan langsung mengenai korban atau kerusakan.

Serangan Terakhir Rusia ke Ukraina Tewaskan 4 Orang

Rusia baru saja melancarkan serangan drone dan serangan udara di Ukraina dan menewaskan sedikitnya empat orang pada Minggu (27/4/2025) waktu setempat.

Dikutip dari Aljazeera, Rusia menjatuhkan tiga bom di Donetsk. Pasuka Rusia telah merangsek lebih dekat ke arah kota itu selama setahun terakhir.

Akibat serangan tersebut, sepasan suami-istri yang berusia 47 dan 48 tahun tewas.

Selain itu, korban lain yaitu seorang pensiunan berusia 78 tahun turut meregang nyawa.

Lalu, satu orang lagi tewas serta seorang gadis berusia 14 tahun terluka akibat serangan pesawat tak berawak di kota Pavlohrad di wilayah Dnipropetrovsk, yang dihantam selama tiga malam berturut-turut, kata Gubernur Serhi Lysak.

Serangan udara Rusia tersebut turut mengakibatkan 21 rumah mengalami kerusakan.

Angkatan Udara Ukraina juga menambahkan bahwa Rusia meluncurkan 149 drone yang meledak.

Serangan drone itu mengakibatkan satu orang terluka di wilayah Odesa dan korban luka lainnya di kota Zhytomyr.

Empat orang terluka dalam serangan udara di kota Kherson pada Minggu pagi, menurut pejabat setempat.

AS Sempat Pertanyakan Rusia soal Upaya Perdamaian

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sempat menuturkan pada Sabtu (26/4/2025) bahwa ia meragukan Putin ingin mengakhiri perang dengan Ukraina.

Padahal, sehari sebelumnya yaitu pada Jumat (25/4/2025), Trump sempat optimis bahwa Ukraina dan Rusia akan segera berdamai.

“Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke daerah-daerah sipil, kota-kota besar dan kecil, selama beberapa hari terakhir,” tulis Trump dalam sebuah unggahan di media sosial saat ia terbang kembali ke AS setelah menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, di mana ia bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy secara singkat pada Sabtu.

Percakapan Trump-Zelenskyy di sela-sela pemakaman Paus adalah pertemuan tatap muka pertama antara kedua pemimpin tersebut sejak mereka berdebat dalam pertemuan di Ruang Oval di Gedung Putih pada akhir Februari.

Mereka yang bersandar dekat satu sama lain tanpa ajudan di sekitar mereka saat duduk di Basilika Santo Petrus, berbicara selama sekitar 15 menit, menurut kantor Zelenskyy, dan foto-foto pertemuan yang dirilis oleh Kyiv dan Washington.

Zelenskyy mengatakan bahwa pertemuan tersebut dapat menjadi bersejarah jika menghasilkan perdamaian seperti yang ia harapkan, dan juru bicara Gedung Putih menyebutnya “sangat produktif”.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio mengatakan pada Minggu bahwa kesepakatan damai harus segera terjadi dan Washington sedang mencoba untuk menentukan apakah layak untuk terus menjadi mediator.

“Kita tidak bisa terus mendedikasikan waktu dan sumber daya untuk upaya ini jika tidak membuahkan hasil,” ujar Rubio dalam program Meet the Press di NBC.

“Seminggu terakhir ini benar-benar tentang mencari tahu seberapa dekat kedua belah pihak, dan apakah mereka cukup dekat sehingga layak untuk melanjutkan investasi waktu kami sebagai mediator,” pungkasnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved