Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

AS Tawarkan Proposal Damai untuk Ukraina, Pertemuan Penentu Digelar di London 23 April

Pertemuan di London disebut sebagai momen krusial untuk tentukan apakah proposal damai AS akan disampaikan secara resmi ke Moskow.

Kantor Kepresidenan Ukraina
ZELENSKY MINTA PATRIOT - Foto ini diambil dari laman Kepresidenan Ukraina pada Senin (14/4/2025), memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara dalam pidato hariannya pada Jumat (11/4/2025) yang mengatakan Ukraina butuh lebih banyak sistem pertahanan udara Patriot untuk melawan serangan udara Rusia. Perwakilan dari Ukraina, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis dijadwalkan menggelar pertemuan di London pada Rabu (23/4/2025). 

Selain itu, Rusia akan mendapat pengakuan resmi atas wilayah Krimea, yang dicaplok pada 2014.

Trump juga disebut mendukung pemberian hak veto bagi Rusia terhadap keanggotaan Ukraina di NATO.

Tak hanya itu, laporan yang belum dikonfirmasi menyebutkan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia – yang direbut Rusia sejak 2022 – akan dijadikan zona "netral".

Moskow sendiri tetap pada tuntutan maksimalisnya, The Guardian melaporkan.

Kremlin ingin Ukraina menyerahkan seluruh wilayah yang telah dianeksasi, serta menerima status netral secara permanen.

Namun, pemerintah Ukraina menolak tegas usulan tersebut.

Kyiv menilai kesepakatan semacam ini sama saja dengan bentuk penyerahan diri, dan akan membuat negara mereka tanpa perlindungan jika Rusia kembali melancarkan serangan di masa depan.

  • Jurnalis Rusia Kritikus Perang Ukraina Kabur dari Tahanan Rumah, Polisi Luncurkan Pencarian

Seorang jurnalis senior asal Rusia dilaporkan melarikan diri dari tahanan rumah setelah menghadapi dakwaan serius karena mengkritik militer negaranya.

Ekaterina Barabash, yang berusia 63 tahun, sebelumnya ditangkap pada Februari 2024.

Menurut laporan media pemerintah Rusia, Barabash tengah diburu oleh kepolisian setelah berhasil kabur dari pengawasan.

Ia dikenal sebagai pengkritik vokal terhadap invasi Moskow ke Ukraina.

Di akun Facebook pribadinya, Barabash menulis bahwa Rusia telah "mengebom negara itu" dan "meratakan seluruh kota dengan tanah".

Komentar seperti ini kini tergolong pelanggaran berat di Rusia, di mana Presiden Vladimir Putin telah melarang keras segala bentuk kritik terhadap militer maupun operasi militer khusus di Ukraina.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.154: Pertama Kali, Putin Sebut Rusia-Kyiv Bisa Berunding Langsung

Jika terbukti bersalah, Barabash terancam hukuman hingga 10 tahun penjara.

Kasus ini mengingatkan publik pada insiden serupa yang menimpa Marina Ovsyannikova, mantan jurnalis TV pemerintah Rusia.

Ovsyannikova sempat menghebohkan dunia ketika memprotes perang Ukraina secara langsung di tengah siaran TV pada tahun 2022.

Setelah itu, ia juga melarikan diri dari tahanan rumah dan berhasil keluar dari Rusia.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved