Konflik Palestina Vs Israel
Israel Umumkan Akan Tetap di Gaza, Blokade Bantuan Diperpanjang meski Gaza Jadi 'Kuburan Massal'
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan pasukan Israel akan tetap berada di zona keamanan bahkan setelah perang berakhir.
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan pasukan Israel akan tetap berada di zona keamanan yang telah mereka bangun di Gaza, bahkan setelah perang berakhir.
Ia mengatakan zona ini akan berfungsi sebagai "penyangga" untuk melindungi komunitas Israel, baik dalam situasi sementara maupun permanen.
Katz juga mengklaim bahwa “puluhan persen” wilayah Palestina telah direbut sejak operasi militer dilanjutkan tiga minggu lalu.
“Tidak seperti masa lalu, militer Israel tidak akan mengevakuasi wilayah yang telah dibersihkan dan direbut,” ujarnya, seperti dikutip dari AP News.
“Pasukan akan tetap berada di Gaza, seperti halnya di Lebanon dan Suriah.”
Langkah ini dinilai berpotensi memperumit perundingan gencatan senjata dengan Hamas.
Kelompok militan yang berperang dengan Zionis sejak 7 Oktober 2023 itu menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza sebagai syarat utama perdamaian.
Israel juga mengumumkan bahwa mereka akan memperpanjang blokade bantuan kemanusiaan selama enam minggu untuk menekan Hamas agar membebaskan para sandera yang masih ditahan.
“Kebijakan Israel jelas: tidak ada bantuan kemanusiaan yang akan masuk ke Gaza,” tegas Katz.
Kritik Tajam Komunitas Internasional
Kebijakan ini mendapat kritik tajam dari komunitas internasional.
Baca juga: Semakin Persulit Negosiasi dengan Hamas, Menhan Israel Ungkap Pasukannya Akan Tetap Berada di Gaza
Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas memperingatkan kalau Gaza kini telah berubah menjadi “kuburan massal warga Palestina dan mereka yang datang untuk membantu mereka.”
“Kami menyaksikan langsung kehancuran dan pengungsian paksa seluruh penduduk di Gaza,” kata Amande Bazerolle, koordinator darurat MSF di wilayah tersebut, dikutip dari BBC.
MSF juga melaporkan bahwa mereka kekurangan obat-obatan penting, bahan bedah, serta pasokan untuk mengelola nyeri dan penyakit kronis.
Dua staf MSF dilaporkan tewas dalam dua pekan terakhir, dan organisasi ini mengecam pembunuhan 15 pekerja kemanusiaan oleh pasukan Israel bulan lalu.
Sementara itu, PBB menyatakan 69 persen wilayah Gaza berada di bawah perintah evakuasi militer.
Sekitar 500.000 orang kembali mengungsi atau terusir, tanpa tempat aman untuk dituju.
Blokade Israel yang dimulai sejak 2 Maret membuat tenda-tenda darurat tidak lagi tersedia dan tingkat gizi anak-anak menurun drastis.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan lebih dari 1.650 warga Palestina tewas sejak 18 Maret.
Setidaknya 24 orang tewas dalam serangan terbaru hari Rabu (16/4/2025), termasuk 10 anggota keluarga Hassouna — mayoritas anak-anak dan wanita.
Salah satu korban adalah Fatema Hassouna, seorang penulis dan fotografer muda.
Militer Israel menyatakan telah menewaskan ratusan anggota Hamas dan terus melanjutkan operasi ke wilayah utara dan selatan Gaza, termasuk membentuk koridor pemisah antara Rafah dan Khan Yunis.
Israel juga menetapkan 30 persen wilayah Gaza sebagai “perimeter keamanan operasional”.
Kebijakan Israel Hanya Ilusi
Di tengah tekanan publik dan keluarga sandera, Forum Sandera dan Keluarga Hilang di Israel mengecam kebijakan militer Israel sebagai “ilusi”.
Baca juga: Al-Qassam: Tawanan Israel di Gaza Potensi Tewas dan Berada di Peti Mati Hitam usai Serangan Zionis
“Mereka menjanjikan para sandera sebagai prioritas utama. Tapi kenyataannya, mereka lebih memilih merebut wilayah ketimbang menyelamatkan nyawa para sandera,” ujar pernyataan forum tersebut.
Beberapa veteran militer Israel bahkan telah menandatangani surat terbuka mendesak pemerintah untuk memprioritaskan pemulangan para sandera dibanding memperpanjang operasi militer.
Hamas Tolak Proposal Gencatan Senjata Israel
Dalam konteks diplomatik, Hamas dilaporkan menolak proposal terbaru Israel untuk gencatan senjata enam minggu dengan imbalan pembebasan sebagian sandera dan pelucutan senjata kelompok.
Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata sebelumnya.
Hamas juga menegaskan bahwa setiap perjanjian baru harus mencakup penghentian total perang, penarikan penuh pasukan, pencabutan blokade, serta dimulainya proses rekonstruksi.
JIP Rilis Video Sandera
Sementara itu, kelompok sekutu Hamas, Jihad Islam Palestina, merilis video sandera Israel-Jerman, Rom Braslavski, yang memohon pembebasan kepada pemerintah Israel dan AS.
Duta Besar Jerman untuk Israel, Steffen Seibert, mengatakan bahwa melihat Braslavski dalam kondisi tersebut “sangat menyakitkan” dan menyerukan agar semua sandera segera dibebaskan.
Korban Tewas Perang Israel vs Hamas
Sejak 7 Oktober 2023, konflik ini telah menewaskan sedikitnya 51.025 orang di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan setempat.
Israel melancarkan operasi besar-besaran setelah Hamas melakukan serangan lintas batas yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 lainnya.
Dengan pasukan Israel yang tetap bertahan di Gaza dan blokade bantuan terus berlangsung, krisis kemanusiaan diperkirakan akan semakin memburuk.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.