Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Diskusi Usulan Gencatan Senjata Israel Diterima, Hamas Bakal Segera Umumkan Hasilnya

Hamas bakal segera mengumumkan hasil diskusi usulan gencatan senjata yang diberikan oleh Israel dalam waktu dekat.

khaberni/tangkap layar
PENGUNGSI GAZA - Tangkap layar Khaberni, Rabu (26/3/2025) menunjukkan pengungsi warga Gaza yang berpindah mencari lokasi aman dari serangan Israel. Hamas telah menerima usulan gencatan senjata dari Israel dan akan segera menanggapi usulan tersebut dalam waktu dekat. 

TRIBUNNEWS.COM - Dua pejabat Hamas mengaku diskusi perihal usulan gencatan senjata dari Israel telah rampung.

Kini, menurut dua pejabat tersebut, Hamas akan segera mengumumkan hasil diskusi ini.

Hamas berharap, tanggapan dari kelompoknya akan segera menyelesaikan pembicaraan damai yang tak kunjung rampung.

"Pembicaraan ini hampir selesai, dan kelompok tersebut akan mengirimkan tanggapannya kepada para mediator setelah selesai. Diharapkan pembicaraan akan segera berakhir -- bahkan mungkin hari ini," kata seorang pejabat, dikutip dari AFP pada Kamis (17/4/2025).

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan penilaian situasi mengenai negosiasi penyanderaan pada hari Rabu pagi dengan tim negosiasi dan pejabat keamanan. 

Netanyahu mengeluarkan arahan untuk melanjutkan langkah-langkah guna memajukan pembebasan sandera.

Awal minggu ini, Hamas telah menyetujui untuk membebaskan sembilan sandera yang ditawan di Gaza.

Mesir menerima usulan Israel untuk gencatan senjata di Gaza dan dimulainya negosiasi untuk gencatan senjata permanen, TV Berita Al Qahera yang berafiliasi dengan negara mengutip sumber pada hari Senin.

Sumber-sumber Palestina dan Mesir mengatakan kepada Reuters bahwa putaran terakhir perundingan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan di Kairo berakhir tanpa terobosan nyata.

Israel menghubungkan perubahan sikap Hamas dengan operasi IDF dan tekanan militer berkelanjutan, yang telah menyebabkan perebutan sekitar 30–40 persen wilayah Gaza.

"Meskipun ada beberapa kemajuan, saat ini sangat sulit untuk bergerak maju dengan kesepakatan," kata seorang pejabat Israel kepada The Jerusalem Post.

Baca juga: Putin Temui Eks Sandera Israel-Rusia Bernama Alexander Troufanov, Berterima Kasih kepada Hamas

"Hamas diperkirakan akan merespons lagi dalam beberapa hari mendatang, tetapi jika mereka tetap bersikukuh pada masalah jaminan, sulit untuk melihat kesepakatan terwujud," pungkasnya.

Israel Pertahankan Zona Penyangga

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz mengatakan tentaranya akan tetap berada di zona penyangga yang mereka buat di Gaza.

Meskipun, lanjut Katz, setelah ada penyelesaian untuk mengakhiri perang di Gaza.

Sejak melanjutkan operasi militer bulan lalu, pasukan Israel telah membentuk "zona keamanan" yang luas.

Zona ini meluas hingga ke Gaza dan menjepit lebih dari 2 juta warga Palestina ke wilayah yang semakin sempit di selatan dan di sepanjang garis pantai.

"Tidak seperti di masa lalu, IDF tidak mengevakuasi wilayah yang telah dibersihkan dan direbut," kata Katz, dikutip dari Reuters.

"IDF akan tetap berada di zona keamanan sebagai penyangga antara musuh dan masyarakat dalam situasi sementara atau permanen apa pun di Gaza - seperti di Lebanon dan Suriah," lanjutnya.

Dalam ringkasan operasinya selama sebulan terakhir, militer Israel mengatakan kini mereka menguasai 30 persen wilayah kecil Palestina.

Di Gaza selatan saja, pasukan Israel telah merebut kota perbatasan Rafah dan maju ke pedalaman hingga ke apa yang disebut "koridor Morag" yang membentang dari tepi timur Gaza hingga Laut Mediterania, antara Rafah dan Kota Khan Younis.

Israel telah menguasai koridor lebar melintasi wilayah Netzarim bagian tengah dan telah memperluas zona penyangga di sekeliling perbatasan sejauh ratusan meter ke pedalaman, termasuk wilayah Shejaia di sebelah timur Kota Gaza di utara.

Israel mengatakan pasukannya telah membunuh ratusan pejuang Hamas, termasuk banyak komandan senior kelompok militan Palestina, sejak 18 Maret tetapi operasi tersebut telah membuat khawatir PBB dan negara-negara Eropa.

Lebih dari 400.000 warga Palestina telah mengungsi sejak permusuhan berlanjut pada 18 Maret setelah dua bulan relatif tenang, menurut badan kemanusiaan PBB OCHA, dan serangan udara serta pemboman Israel telah menewaskan sedikitnya 1.630 orang.

Lembaga amal medis MSF mengatakan Gaza telah menjadi "kuburan massal" dengan kelompok-kelompok kemanusiaan yang kesulitan memberikan bantuan.

Baca juga: Wall Street Journal Bongkar Kondisi Keuangan Hamas, Sebut Bangkrut dan Tak Bisa Bayar Gaji Pejuang

"Kami menyaksikan secara langsung kehancuran dan pemindahan paksa seluruh penduduk di Gaza," kata Amande Bazerolle, koordinator darurat MSF di Gaza, dalam sebuah pernyataan.

Katz mengatakan Israel sedang membangun infrastruktur untuk memungkinkan distribusi melalui perusahaan sipil di kemudian hari, tetapi blokade bantuan akan tetap berlaku.

Ia mengatakan Israel akan melanjutkan rencana untuk mengizinkan warga Gaza yang ingin meninggalkan daerah kantong itu, meskipun masih belum jelas negara mana yang bersedia menerima sejumlah besar warga Palestina.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved