Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.145: Serangan Drone Rusia Rusak Situs Nuklir Chernobyl

Serangan drone bulan Februari lalu menimbulkan kekhawatiran baru terhadap keamanan situs nuklir Chernobyl, yang masih memerlukan pengawas ketat.

AFP/SERGEI SUPINSKY
CHERNOBYL - Gambar didistribusikan oleh AFP/SERGEI SUPINSKY. Seorang wanita bersama anak-anaknya dengan mengenakan masker mengunjungi peringatan Chernobyl di Kiev, Ukraina, Minggu (26/4/2020). Serangan drone bulan Februari lalu menimbulkan kekhawatiran baru terhadap keamanan situs nuklir Chernobyl, yang masih memerlukan pengawas ketat. (Foto arsip 2020/AFP/Sergei SUPINSKY) 

Sybiha menyebut sejak gencatan disepakati, Rusia telah menembakkan hampir 70 rudal, lebih dari 2.200 drone peledak, dan lebih dari 6.000 bom udara berpemandu ke wilayah Ukraina, sebagian besar menyasar warga sipil.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, membantah tudingan tersebut.

Ia menegaskan bahwa Moskow tetap mematuhi ketentuan gencatan senjata terbatas selama 30 hari.

Kementerian Pertahanan Rusia juga melaporkan bahwa Ukraina justru melakukan lima serangan terhadap infrastruktur energi Rusia hanya dalam satu hari terakhir.

Lavrov Puji Trump Soal Konflik Ukraina

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, memuji Donald Trump karena dinilai memiliki pemahaman yang lebih baik tentang konflik Ukraina dibandingkan pemimpin Barat lainnya.

Baca juga: Drone Ukraina Mengirimkan Darah di Tengah Pertempuran, Tentaranya Ada yang Meregang Nyawa

Pernyataan itu disampaikan Lavrov dalam Forum Diplomasi Antalya di Turki selatan pada Sabtu (12/4).

"Presiden Trump adalah yang pertama dan, sejauh ini, hampir satu-satunya di antara para pemimpin Barat yang berulang kali dan dengan keyakinan menyatakan bahwa menarik Ukraina ke NATO adalah kesalahan besar," kata Lavrov, dikutip dari The Guardian.

Trump sebelumnya memang pernah menyatakan bahwa kecil kemungkinan Ukraina bisa merebut kembali seluruh wilayah yang diduduki Rusia.

Ia juga mengatakan dirinya "OK" jika Ukraina tidak menjadi anggota NATO.

Pernyataan ini sejalan dengan sikap Rusia yang sejak lama menolak perluasan aliansi militer Barat ke wilayah bekas Uni Soviet, termasuk Ukraina.

Utusan AS Bantah Dukung Pemisahan Ukraina

Utusan khusus Amerika Serikat untuk Ukraina, Keith Kellogg, membantah bahwa dirinya mendukung gagasan pemisahan Ukraina sebagai bagian dari solusi damai.

Klarifikasi ini muncul setelah pernyataannya dalam wawancara dengan The Times disorot tajam.

Dalam wawancara tersebut, Kellogg mengatakan bahwa Ukraina bisa saja dibagi “hampir seperti Berlin setelah Perang Dunia Kedua”.

Pernyataan itu memicu spekulasi bahwa Washington membuka peluang bagi pembagian wilayah Ukraina dalam proses negosiasi damai.

Namun, lewat unggahan di platform X (dulu Twitter), Kellogg menegaskan bahwa komentarnya telah disalahartikan.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved