Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Chernobyl Terancam: Serangan Drone Rusia di Hari ke-1145 Perang

Ukraina melaporkan kerusakan signifikan pada bejana penahan di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl akibat serangan pesawat nirawak Rusia.

AFP/SERGEI SUPINSKY
CHERNOBYL - Gambar didistribusikan oleh AFP/SERGEI SUPINSKY. Seorang wanita tua mengenakan masker wajah mengunjungi peringatan Chernobyl di Kiev, Ukraina, Minggu (26/4/2020). Peringatan 34 tahun bencana Chernobyl yang merupakan kecelakaan nuklir terburuk di dunia. Diperingati di tengah pandemi virus Covid-19 yang disebabkan oleh coronavirus novel. (Foto arsip 2020/AFP/Sergei SUPINSKY) 

TRIBUNNEWS.COM - Perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1145.

Pada Minggu, 14 Februari 2025, Ukraina melaporkan kerusakan signifikan pada bejana penahan di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl akibat serangan pesawat nirawak Rusia.

Serangan tersebut menyebabkan lubang besar di struktur penahan dan ledakan di bagian dalamnya.

Menteri Lingkungan Hidup Ukraina, Svitlana Hrynchuk, menyatakan bahwa pemerintah sedang berkolaborasi dengan para ahli untuk menentukan langkah pemulihan terbaik. "Kami secara aktif mengerjakan ini," ungkap Hrynchuk.

Ia menekankan bahwa memulihkan struktur penahan, yang juga dikenal sebagai lengkungan, merupakan prioritas utama untuk mencegah potensi kebocoran radiasi.

Gencatan Senjata yang Terancam

Di tengah upaya pemulihan, diplomat tinggi Rusia dan Ukraina saling menuduh melanggar gencatan senjata terbatas yang ditengahi oleh Amerika Serikat.

Kesepakatan tersebut bertujuan menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi di kedua negara.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, menuduh Rusia melanjutkan serangan harian meskipun telah menyetujui jeda terbatas.

Ia mencatat bahwa sejak gencatan disepakati, Rusia telah menembakkan hampir 70 rudal, lebih dari 2.200 drone peledak, dan lebih dari 6.000 bom udara berpemandu ke wilayah Ukraina, sebagian besar menyasar warga sipil.

Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa Moskow mematuhi ketentuan gencatan senjata.

Kementerian Pertahanan Rusia juga mengeklaim bahwa Ukraina telah melakukan lima serangan terhadap infrastruktur energi Rusia dalam satu hari terakhir.

Pernyataan Lavrov tentang Trump

Dalam konferensi di Turki, Lavrov juga memuji mantan Presiden AS, Donald Trump, karena dianggap memiliki pemahaman yang lebih baik tentang konflik Ukraina dibandingkan pemimpin Barat lainnya.

Lavrov mencatat bahwa Trump adalah pemimpin Barat pertama yang menyatakan bahwa menarik Ukraina ke NATO adalah kesalahan besar.

Klarifikasi Utusan AS

Utusan khusus Amerika Serikat untuk Ukraina, Keith Kellogg, membantah bahwa dirinya mendukung gagasan pemisahan Ukraina sebagai solusi damai.

Dalam wawancara sebelumnya, pernyataannya mengenai kemungkinan pembagian Ukraina memicu spekulasi, namun Kellogg menjelaskan bahwa maksudnya adalah penempatan pasukan ketahanan untuk mendukung kedaulatan Ukraina.

Dengan situasi yang semakin kompleks, Ukraina terus berupaya menjaga keselamatan nuklir dan memperkuat pertahanan di tengah ancaman yang terus berlanjut.

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved