Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Prada Akuisisi Versace dengan Kesepakatan Senilai Rp23,1 Triliun
Brand mode mewah asal Italia, Prada akan membeli pesaingnya, Versace dalam kesepakatan senilai Rp23,1 triliun.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Sri Juliati
“Organisasi kami siap dan berada dalam posisi yang tepat untuk menulis bab baru dalam sejarah Versace, sambil tetap mengacu pada nilai-nilai inti grup dan menjalankannya dengan penuh keyakinan serta fokus yang tajam.”
Dari Gosip Menjadi Fakta
Menurut EurasiaBusinessNews.com, ketertarikan Prada Group untuk mengakuisisi pesaingnya di pasar barang mewah mulai terendus sejak Januari lalu.
Pada saat yang sama, dilaporkan bahwa Capri Holdings telah menyewa konsultan untuk mengevaluasi opsi tersebut dan mulai menghubungi beberapa calon pembeli potensial.
Sebelumnya, pada 2023, Capri Holdings sempat menyepakati merger dengan perusahaan induk lain yang bergerak di sektor barang mewah, yaitu Tapestry.
Namun, pada Oktober tahun lalu, pengadilan AS memblokir kesepakatan itu dengan alasan dapat merugikan konsumen dan karyawan.
Sejak itu, Capri menyatakan terbuka untuk kemungkinan menjual merek-merek individual yang dimilikinya.
Untuk membiayai transaksi ini, Prada Group berencana menerbitkan utang sebesar €1,5 miliar.
Ketentuan transaksi ini telah mendapatkan persetujuan dari dewan direksi Prada dan Capri Holdings.
Setelah regulator menyetujui kesepakatan ini, maka proses akuisisi diharapkan selesai pada paruh kedua tahun ini.
Langkah ini dinilai dapat memperkuat posisi kompetitif Prada terhadap para raksasa mode dunia seperti LVMH dan Kering SA.
Baca juga: Prada Putuskan Kerja Sama dengan Kim Soo Hyun Setelah Skandal
Bagi Versace, ini menjadi kesempatan untuk bangkit dan memasuki tahap pengembangan baru di bawah kepemimpinan grup mode asal Italia tersebut.
Terkait Tarif Trump?
Masih mengutip EurasiaBusinessNews.com, sejumlah analis menilai bahwa kesepakatan antara Prada dan Versace terjadi di tengah ketidakpastian pasar global yang dipicu oleh kebijakan tarif Donald Trump.
Mereka khawatir bahwa perlambatan ekonomi global dan melemahnya daya beli konsumen dapat menghambat pemulihan industri barang mewah, yang baru mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan pada akhir tahun lalu dan awal tahun ini.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.