Senin, 6 Oktober 2025

Perjuangan Hidup Rosna, Penenun Songket Melayu dari Pelosok Solok hingga Tembus Pasar Internasional

Namanya Rosna, seorang perempuan tangguh yang kini di usia senja justru semakin produktif menenun songket Melayu hingga ke pasar mancanegara.

|
Penulis: Wahyu Aji
HandOut/IST
PERAJIN TENUN SONGKET - Rosna, seorang wanita dari pelosok Solok, Sumatera Barat yang kini di usia senja justru semakin produktif menenun kisah sukses dari helai-helai songket Melayu hingga ke pasar mancanegara. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di balik gemuruh dunia mode internasional, siapa sangka ada sehelai kain yang dirajut dengan penuh ketekunan oleh tangan seorang wanita dari pelosok Solok, Sumatera Barat. 

Namanya Rosna, seorang perempuan tangguh yang kini di usia senja justru semakin produktif menenun kisah sukses dari helai-helai songket Melayu hingga ke pasar mancanegara. 

Ada pepatah Minang yang berbunyi 'tiado rotan akar pun jadi, tiado kayujanjang dikapiang (tidak ada kayu, tangga pun  dibelah)', tampaknya pepatah itu seperti menggambarkan semangat Rosna.  

Saat usia 29 tahun, dengan tujuh anak yang harus diberi makan dan suami yang bekerja sebagai montir truk, Rosna merantau ke Pekanbaru dengan bekal tekad dan semangat pantang menyerah, tanpa keterampilan, tanpa relasi, tapi dengan keberanian yang tak bisa ditakar. 

Awalnya, hidupnya penuh dengan pekerjaan serabutan, apa saja yang penting halal.  

Namun, titik balik datang di usia 41 tahun ketika ia mengikuti pelatihan menenun kain songket dari Dinas Ketenagakerjaan Pekanbaru. Ia sempat ragu. Tangan sudah tak secepat dulu, usia tak muda lagi, tapi tekadnya berbicara lain:  

"Kalau orang lain bisa, kok saya tidak?" kata Rosna, Rabu (9/4/2025). 

Tiga bulan pertama, ia tekun belajar merapikan benang, menyambung motif, dan menguasai teknik dasar.  

Pelan tapi pasti, ia berhasil menenun kain pertamanya.

Sejak itu, pesanan mulai berdatangan, meski tak selalu stabil.

Namun bagi Rosna, setiap helai kain adalah langkah menuju kehidupan yang lebih baik. 

Tahun-tahun berlalu, hingga akhirnya pintu rezeki terbuka lebih lebar.  

Anak pertamanya, Dhea, yang bekerja di rumah tenun songket dan manufaktur, memperkenalkan hasil tenun Rosna ke jaringan ekspor. Kini, songket Melayu buatannya telah sampai ke Malaysia, Turki, hingga Dubai. 

Tak hanya itu, ia juga mendapatkan alat tenun dari pemerintah daerah dan memulai produksi mandiri di rumah.

Dalam sebulan, Rosna bisa menghasilkan 5 hingga 6 set kain tenun dengan omzet hingga Rp 9 juta, semuanya tergantung tingkat kerumitan motif yang dikerjakan. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved