Konflik Iran Vs Israel
Iran Siaga Tinggi, Ancam Negara Tetangganya agar Tak Bantu Serangan AS, Trump Kirim B-2
Iran dilaporkan menyiagakan pasukannya untuk menghadapi kemungkinan serangan besar AS dalam waktu dekat.
TRIBUNNEWS.COM – Iran dilaporkan menyiagakan pasukannya untuk menghadapi kemungkinan serangan besar Amerika Serikat (AS).
Seorang pejabat Iran yang mengetahui hal itu berkata kepada Reuters bahwa Iran memperingatkan negara-negara tetangganya agar tidak membantu AS.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah mengirim sepucuk surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Trump meminta adanya pembicaraan mengenai penghentian program nuklir Iran.
Politikus kontroversial itu mengancam akan mengebom Iran jika kesepakatan baru tentang perjanjian nuklir tidak terwujud.
Di sisi lain, Iran sudah membantah ingin membuat senjata nuklir. Negara Timur Tengah itu menolak permintaan AS mengenai perjanjian nuklir karena tak punya arti.
“Jika kalian (AS) menginginkan negosiasi, apa tujuan kalian mengancam?” tanya Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dikutip dari Russia Today.
Minggu kemarin Aragchi menyebut Iran menginginkan pembicaraan yang para pesertanya punya peluang setara.
Dia menuding AS sebagai pihak yang terus mengancam menggunakan kekerasan yang melanggar piagam PBB.

Lalu, seorang pejabat Iran mengklaim negaranya telah mengeluarkan peringatan kepada Irak, Kuwait Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan Bahrain. Negara-negara itu diminta tidak mengizinkan pasukan AS lewat di langit karena hal itu akan dianggap sebagai tindakan permusuhan.
“Tindakan seperti itu akan punya dampak besar terhadap mereka,” kata pejabat itu secara anonim.
Di samping itu, dia mengatakan Khamenei telah meminta angkatan bersenta Iran untuk bersiaga tinggi.
Baca juga: Klaim Mampu Tembus Pertahanan Udara Israel, Komandan IRGC: Iran Siap untuk Perang Apa Pun
Sebenarnya, pada tahun 2015 Iran sudah menandatangani perjanjian untuk membatas aktivitas nuklirnya. Sebagai imbalannya, Iran akan mendapatkan keringanan sanksi.
Namun, Trump memilih menarik keluar AS dari perjanjian itu tahun 2017. Iran lalu meresponsnya dengan mengurangi kewajibannya dalam perjanjian tahun 2015.
Iran saat ini disebut tetap terbuka akan pembicaraan secara tidak langsung dengan cara ditengahi Oman.
Pembicaraan secara tidak langsung menawarkan peluang untuk mengevaluasi keseriusan AS mengenai solusi politik,” kata pejabat Iran di atas.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.