Konflik Palestina Vs Israel
Trump Gelar Investigasi, Redam Kepanikan Senator AS Usai Rencana Serangan ke Houthi Bocor
Trump memerintahkan Dewan Keamanan Nasional untuk menggelar investigasi usai rencana serangan AS ke Houthi bocor di publik, memicu kepanikan parlemen
TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) memerintahkan Dewan Keamanan Nasional untuk menyelidiki bagaimana nomor seorang jurnalis secara tidak sengaja ditambahkan ke dalam grup pesan rahasia yang membahas rencana serangan militer di Yaman.
Investigasi ini digelar setelah para senator dihebohkan dengan berita terkait bocornya rencana serangan terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Mengutip laporan dari AP News, Trump mengisyaratkan bahwa prosedur investigasi akan digelar dengan pendekatan komunikasi internal.
“Kami akan melihat semuanya,” kata Trump, seraya menambahkan bahwa timnya akan memeriksa apakah sistem komunikasi mereka bisa ditembus pihak luar.
“Saya selalu mengatakan bahwa setiap pengalaman harus dijadikan pelajaran,” imbuhnya.
Meskipun bocornya informasi serangan telah memicu kepanikan, namun Trump menyatakan bahwa kebocoran informasi ini tidak cukup serius untuk dianggap sebagai tindak kriminal.
Pernyataan Trump ini sejalan dengan upaya pemerintahannya untuk meredam dampak dari insiden kebocoran ini, yang memicu kehebohan di Washington terkait cara tim Trump menangani informasi sensitif.
“Saya tidak terlibat dalam ini, tapi saya baru saja mendengarnya, dan saya dengar banyak kelompok menggunakan media banyak menggunakannya. Militer juga menggunakannya. Dan saya pikir penggunaannya cukup sukses, meskipun terkadang seseorang bisa menyusup ke dalamnya,” jelas Trump.
Kronologi Bocornya Rencana Serangan AS ke Houthi
Insiden ini pertama kali diungkap oleh Jeffrey Goldberg, Pemimpin Redaksi The Atlantic, dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Senin (24/3/2025).
Editor-in-chief The Atlantic, Jeffrey Goldberg, mengungkap bahwa dirinya secara tak terduga diundang ke dalam grup pesan terenkripsi Signal yang diberi nama "Houthi PC small group" pada 13 Maret.
Baca juga: Rencana AS Serang Houthi Yaman Bocor di Grup Chat, Trump Anggap Sepele
Grup pesan yang terdiri dari sejumlah pejabat tinggi, termasuk Wakil Presiden JD Vance, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, dan lainnya dibentuk untuk merencana serangan terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Dalam grup tersebut, Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz memerintahkan wakilnya, Alex Wong, untuk membentuk tim khusus guna mengoordinasikan aksi militer AS terhadap Houthi.
Sementara Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth tampak membagikan detail operasi, termasuk target, senjata yang akan digunakan, dan urutan serangan.
Dalam pesan-pesan yang bocor, Wakil Presiden JD Vance tampak mempertanyakan apakah AS seharusnya membantu sekutu Eropa yang lebih terdampak oleh gangguan perkapalan di wilayah tersebut.
Di sisi lain, Vance juga disebut sempat mengusulkan agar serangan ditunda sebulan, mempertimbangkan dampaknya terhadap kebijakan luar negeri Trump di Eropa serta risiko lonjakan harga minyak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.