Konflik Palestina Vs Israel
Philippe Lazzarini: Harapan Baru Pendidikan Anak Gaza
Pendidikan sebagai harapan bagi anak-anak Gaza, UNRWA buka sekolah darurat di tengah kesulitan.
TRIBUNNEWS.COM - Dalam situasi yang penuh tantangan dan kesulitan akibat konflik berkepanjangan di Gaza, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melangkah maju dengan membuka 130 pusat pendidikan darurat.
Langkah ini bertujuan untuk mendukung pendidikan anak-anak yang terdampak oleh perang.
Pengumuman ini disampaikan oleh Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, melalui akun media sosialnya.
Mengapa UNRWA Membuka Sekolah Darurat?
Mengapa UNRWA mengambil langkah ini?
Lazzarini menjelaskan bahwa pembukaan 130 sekolah darurat ini bertujuan untuk memastikan pendidikan bagi sekitar 74.000 anak di Jalur Gaza.
Saat ini, lebih dari 270.000 anak, baik laki-laki maupun perempuan, telah mendaftar untuk program pendidikan UNRWA.
Dalam program ini, mereka akan mendapatkan pembelajaran dasar dalam bahasa Arab, bahasa Inggris, matematika, dan sains.
Lazzarini juga menekankan pentingnya pendidikan sebagai cara untuk mengembalikan harapan bagi anak-anak Gaza dan membantu mereka pulih dari trauma yang mereka alami akibat konflik yang berkepanjangan. "Pendidikan mengembalikan harapan bagi anak-anak Gaza dan membantu mereka pulih. Pendidikan juga membantu anak-anak mengatasi trauma yang tak terbayangkan," ujarnya.
Tantangan Pendidikan di Gaza: Apa Saja yang Dihadapi?
Meskipun UNRWA berhasil membuka sekolah darurat, tantangan besar masih mengadang di depan.
Lazzarini mengakui bahwa banyak sekolah yang rusak parah akibat serangan militer dan kekurangan dana untuk renovasi.
Saat ini, lebih dari 95 persen dari 564 gedung sekolah di Gaza mengalami kerusakan, dan sekitar 88 persen memerlukan rekonstruksi yang signifikan.
Bagaimana tantangan ini bisa diatasi?
Lazzarini menyatakan bahwa tanpa investasi besar dalam pembangunan kembali dan perbaikan infrastruktur pendidikan, situasi pendidikan di Gaza akan semakin sulit.
Selain itu, akses terbatas terhadap buku pelajaran, teknologi, dan bahan ajar lainnya juga menjadi hambatan besar yang menghalangi pendidikan yang layak di Gaza.
Apa Harapan untuk Pendidikan Anak-Anak di Gaza?
Demi memastikan puluhan ribu anak di Gaza dapat mengakses pendidikan yang layak, berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan setempat.
Serangan brutal oleh tentara Zionis selama setahun terakhir telah membuat anak-anak Gaza tidak bisa bersekolah secara normal.
Banyak sekolah dihancurkan atau diubah menjadi tempat penampungan bagi keluarga yang mengungsi.
Pada tahun lalu, sekitar 39.000 pelajar di Gaza tidak dapat mengikuti ujian akhir pendidikan, yang dikenal sebagai Tawjih.
Namun, dengan gencatan senjata yang disepakati pada 19 Januari 2025, pihak berwenang di Gaza mulai mempersiapkan dimulainya tahun ajaran baru, yang secara resmi dimulai pada 24 Februari 2025.
Bagaimana Pengajar Menghadapi Situasi Sulit di Gaza?
Di tengah semua kesulitan ini, ada pengajar seperti Abu Mustafa yang berjuang untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak di Gaza.
Sekolah yang didirikannya berada di atas reruntuhan dan di bawah tenda.
Meskipun sumber daya yang terbatas, Abu Mustafa berusaha mengajar pelajaran dasar, termasuk pelajaran agama, dan tetap terlibat dengan murid-muridnya di tengah situasi yang sulit.
"Pelajaran saya lebih dari sekadar kurikulum," ungkap Mustafa.
Sebelum perang meletus, ia telah berupaya membantu masyarakat Gaza yang menderita dengan tingkat pengangguran yang tinggi.
Dengan dedikasinya, Mustafa memberikan harapan bagi anak-anak Gaza untuk kembali mengakses pendidikan yang layak di masa-masa sulit ini.
Dengan segala usaha yang dilakukan oleh UNRWA, pengajar, dan masyarakat, ada harapan bahwa pendidikan tetap dapat diteruskan meski dalam kondisi yang sangat menantang.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.