Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Proses Panjang Penuh Risiko Negosiasi Gencatan Senjata Antara Israel, AS, dan Hamas

Negosiasi antara Israel, Amerika Serikat (AS), dan Hamas kini tengah berlangsung dengan tujuan memperpanjang gencatan senjata yang sudah ada.

|
IDF
PASUKAN PERTAHANAN ISRAEL - Foto yang diambil dari laman resmi IDF tanggal 12 Maret 2025 memperlihatkan beberapa tentara Israel saat beroperasi. IDF dilaporkan kekurangan tentara. Negosiasi antara Israel, Amerika Serikat (AS), dan Hamas kini tengah berlangsung dengan tujuan memperpanjang gencatan senjata yang sudah ada. 

TRIBUNNEWS.COM - Negosiasi antara Israel, Amerika Serikat (AS), dan Hamas kini tengah berlangsung dengan tujuan memperpanjang gencatan senjata yang sudah ada.

Kesepakatan ini kemungkinan akan mencakup pembebasan antara lima hingga 10 tawanan Israel yang masih hidup, yang ditahan oleh Hamas di Gaza, sebagai imbalan atas perpanjangan gencatan senjata tersebut.

Dikutip dari Al Jazeera, tahap pertama dari kesepakatan yang sedang dinegosiasikan ini adalah pertukaran terbatas antara tawanan Israel dan tahanan Palestina, diikuti dengan gencatan senjata sementara.

Israel juga berencana untuk memungkinkan peningkatan bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza sebagai bagian dari kesepakatan ini.

Meskipun kesepakatan serupa pernah ditolak oleh Hamas sebelumnya, situasi mulai berubah setelah pertemuan langsung antara utusan AS untuk penyanderaan, Adam Boehler dan pejabat tinggi Hamas beberapa minggu lalu.

Boehler mengindikasikan pembicaraan tersebut berjalan baik.

Ia mengisyaratkan adanya kemungkinan untuk mencapai gencatan senjata jangka panjang.

Hal ini menambah optimisme bahwa kesepakatan ini dapat tercapai.

Reaksi Israel

Namun, reaksi Israel terhadap pembicaraan langsung ini sangat negatif.

Baca juga: Israel dan Hamas Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata di Gaza

Beberapa pejabat Israel, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, mengecam langkah Boehler yang melakukan pembicaraan tanpa koordinasi dengan pemerintah Israel.

Mereka menganggap langkah ini merusak negosiasi yang seharusnya dilakukan antara Israel dan Hamas tanpa campur tangan pihak ketiga yang tidak berwenang.

Bahkan, ada laporan yang menyebutkan bahwa Boehler mungkin tidak lagi akan terlibat dalam negosiasi ini, dengan utusan AS lainnya, Steve Witkoff, mengambil alih.

Meskipun demikian, Boehler sendiri menegaskan bahwa ia tidak berkoordinasi dengan Israel dalam melakukan pertemuan dengan Hamas.

Boehler juga menekankan bahwa AS memiliki kepentingan khusus di wilayah tersebut yang terlepas dari hubungan eratnya dengan Israel.

Dalam wawancaranya, Boehler mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut memberikan peluang untuk kesepakatan yang lebih besar,.

Katanya tidak hanya mencakup pertukaran tawanan, tetapi juga memungkinkan untuk menjaga gencatan senjata jangka panjang dan bahkan membebaskan semua tawanan yang ditahan di Gaza.

Reaksi Amerika

Sementara itu, reaksi dari pemerintah AS juga cukup bervariasi.

Beberapa pejabat tinggi pemerintah AS, termasuk Senator Marco Rubio.

Rubio menilai pembicaraan langsung ini hanya merupakan upaya satu kali yang kemungkinan tidak akan membuahkan hasil.

Di sisi lain, beberapa pihak menyarankan bahwa pembicaraan ini mencerminkan rasa frustrasi Presiden Donald Trump terhadap Israel dan Netanyahu, serta keinginan AS untuk mencari solusi yang lebih luas, termasuk dengan negara-negara Arab seperti Arab Saudi.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved