Modal Asing ke Tiongkok Menurun dalam 3 Tahun Terakhir
Penurunan PMA sebesar 13,4% secara year on year termasuk signifikan, dan dipengaruhi berbagai alasan.
Sengketa perdagangan, larangan teknologi, dan kekhawatiran atas keamanan rantai pasokan telah menyebabkan banyak perusahaan multinasional mempertimbangkan kembali strategi investasi mereka.
Selain itu, hubungan Tiongkok dengan Taiwan dan sengketa wilayah di Laut Cina Selatan telah meningkatkan risiko geopolitik. Sehingga, membuat investor berhati-hati dalam menanamkan modal di kawasan tersebut.
Meskipun Tiongkok tetap menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, pemulihan pascapandemi berjalan lebih lambat dari yang diharapkan. Permintaan konsumen tetap lemah, kesengsaraan sektor properti terus berlanjut, dan hasil industri menunjukkan tanda-tanda stagnasi.
Langkah-langkah stimulus ekonomi pemerintah telah menghasilkan hasil yang beragam, dan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan jangka panjang telah membuat investor asing enggan memperluas kehadiran mereka di Tiongkok.
Tiongkok menghadapi persaingan yang semakin ketat dari tujuan investasi alternatif di Asia, seperti India, Vietnam, Indonesia, dan Malaysia.
Negara-negara ini menawarkan biaya tenaga kerja yang kompetitif, kebijakan yang pro-bisnis, dan insentif bagi investor asing.
Karena perusahaan berupaya untuk mendiversifikasi rantai pasokan, banyak yang memilih Asia Tenggara dan Asia Selatan daripada Tiongkok sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengurangi risiko geopolitik.
Dampak penurunan modal asing
Penurunan PMA memiliki beberapa implikasi bagi ekonomi Tiongkok, yang memengaruhi sektor-sektor utama seperti manufaktur, teknologi, dan jasa. Perlambatan investasi asing yang berkepanjangan dapat berdampak luas.
Investasi asing menyediakan modal penting bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Penurunan PMA dapat memperlambat proyek infrastruktur, kemajuan teknologi, dan peningkatan industri.
Arus masuk modal yang lebih rendah juga dapat memengaruhi penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan upah, yang memengaruhi ekonomi yang lebih luas.
Penurunan signifikan dalam investasi asing juga dapat menyebabkan arus keluar modal, yang memberikan tekanan ke bawah pada yuan Tiongkok.
Mata uang yang lebih lemah dapat meningkatkan tekanan inflasi, mengurangi daya beli konsumen, dan mempersulit strategi manajemen ekonomi pemerintah. Selain itu, pasar keuangan dapat mengalami volatilitas karena sentimen investor melemah.
PMA memainkan peran penting dalam mendorong inovasi teknologi serta penelitian dan pengembangan (R&D) di Tiongkok. Penurunan investasi asing dapat memperlambat kemajuan dalam kecerdasan buatan, manufaktur semikonduktor, dan energi hijau.
Jika Tiongkok kesulitan menarik investasi teknologi tinggi, daya saing jangka panjangnya di pasar global dapat terpengaruh. Industri Tiongkok yang berorientasi ekspor bergantung pada investasi asing untuk meningkatkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan berintegrasi ke dalam rantai pasokan global.
Penurunan PMA dapat menghambat perluasan bisnis berorientasi ekspor, sehingga mengurangi pangsa Tiongkok di pasar internasional.
Update Hasil Final China Masters 2025: An Se-young Juara, Wajah Tuan Rumah Diselamatkan Jia/Zhang |
![]() |
---|
Hasil Final China Masters 2025: Jagoan Thailand Ukir Sejarah dan Pertegas Dominasi atas Chen/Toh |
![]() |
---|
Fakta Final China Masters 2025: Satu Rekor Gelar Juara Tuan Rumah Ternoda, 3 Wakil di Ambang Sejarah |
![]() |
---|
Jadwal Final China Masters 2025: Indonesia Cuma Nonton, An Se-young Satu-satunya Juara Bertahan |
![]() |
---|
Hasil Semifinal China Masters 2025: Fajar/Fikri Gagal ke Final, Seo/Kim Berhasil Ciptakan Revans |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.