Rabu, 1 Oktober 2025

Program Antariksa Tiongkok Makin Disorot, Dianggap Memicu Risiko Global

Kisah terkait bidang antariksa atau industri luar angkasa Tiongkok semakin mendapat perhatian, secara khusus di tingkat global.

Editor: Wahyu Aji
Global Times
ROKET MELUNCUR - Ilustrasi Roket raksasa Long March 5B milik Badan Antariksa China menerbangkan modul Wentian yang akan disatukan ke stasiun antariksa Tianhe. Peluncuran dilakukan dari stasiun darat Hainan di Cina selatan, Minggu (24/7/2022). 

Pada Agustus 2024, roket Tiongkok yang membawa 18 satelit meledak tak lama setelah diluncurkan, melepaskan lebih dari 700 serpihan sampah ke orbit. Para ahli khawatir jumlah serpihan tersebut bisa melebihi 900. 

Awan sampah yang dihasilkan, yang sekarang berada di orbit Bumi yang rendah, menimbulkan risiko yang signifikan bagi satelit Tiongkok dan internasional. Peristiwa ini mengikuti kejadian serupa pada 2022, ketika tahap atas roket Long March 6A pecah, menghasilkan ratusan pecahan sampah.

Selain itu, masuknya kembali sampah antariksa yang tidak terkendali telah memicu kekhawatiran yang semakin meningkat. Pada 2024, sepotong besar sampah antariksa dari pesawat ruang angkasa Shenzhou-15 memasuki atmosfer Bumi secara tidak terkendali, menyebabkan ledakan sonik yang dilacak oleh seismometer.  

Meskipun puing-puing akhirnya terbakar setelah masuk kembali, kejadian yang tidak terkendali tersebut menimbulkan ancaman serius terhadap manusia dan properti di darat.

Risikonya meluas hingga ke luar angkasa. Pada tahun 2020, puing-puing dari roket Tiongkok lainnya jatuh di Pantai Gading, merusak bangunan dan meningkatkan kekhawatiran tentang potensi bahaya yang ditimbulkan oleh jatuhnya roket. Masalah ini khususnya mengkhawatirkan bagi lokasi peluncuran di daratan Tiongkok, yang sering terbang di atas desa-desa berpenduduk selama pendakiannya. 

Pada Juni 2024, roket Long March 2C yang diluncurkan dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang jatuh di dekat desa Xianqiao, memicu kekhawatiran tentang sifat racun propelan roket dan risiko kesehatan yang ditimbulkan bagi masyarakat setempat. Insiden semacam itu memperburuk kekhawatiran tentang keselamatan lokasi peluncuran Tiongkok, terutama mengingat kedekatannya dengan daerah pemukiman.

Kritik Masyarakat Global terhadap Tiongkok

Masyarakat global telah berulang kali mengkritik Tiongkok karena gagal mematuhi standar pengelolaan puing-puing luar angkasa yang bertanggung jawab. Pada 2021, NASA mengecam Tiongkok atas masuknya kembali roket Long March 5B Y2 yang tidak terkendali, yang jatuh ke Samudra Hindia di dekat Maladewa.  

Para pakar kedirgantaraan Tiongkok membantah tuduhan tersebut, dengan menegaskan bahwa Tiongkok tidak kehilangan jejak jalur penerbangan atau lokasi sebenarnya.

Namun, negara-negara seperti Jepang dan Filipina telah menyatakan kekhawatiran serius, tentang meningkatnya risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas luar angkasa Tiongkok, khususnya puing-puing yang tidak terkendali dan rencana ekspansi yang ambisius.

Dengan ambisi Tiongkok yang semakin besar di bidang antariksa, insiden semacam ini kemungkinan akan terus bertambah di masa mendatang.

Karena semakin banyak satelit dan roket yang diluncurkan ke antariksa, risiko tabrakan dan penumpukan puing akan semakin meningkat, sehingga menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap keselamatan operasi antariksa di seluruh dunia.

Program antariksa Tiongkok masih dalam tahap awal, dan diwarnai segudang masalah.

Yakni, semakin banyaknya kegagalan peluncuran, kelebihan kapasitas di sektor antariksa komersial, dan krisis puing antariksa yang semakin memburuk.

Hal tersebut menjadi kesulitan besar dalam menyeimbangkan perluasan yang cepat dengan keselamatan, keandalan, dan keberlanjutan.

Dampak dari tantangan ini meluas ke luar Tiongkok, karena puing antariksa di orbit Bumi rendah merupakan masalah yang melampaui batas negara. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved