Konflik Rusia Vs Ukraina
Usai Dialog Rusia-AS di Arab Saudi, Eropa Dilema: Apakah Harus Kirim Pasukan ke Ukraina
Setelah pertemuan Rusia-AS di Arab Saudi, Eropa gelar pertemuan darurat, dilema apakah Eropa harus mengirim tentara ke Ukraina.
TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin negara Eropa mengadakan pertemuan darurat selama tiga jam di Paris, Prancis, pada Senin (17/2/2025), yang berujung pada dilema apakah mereka akan mengirim pasukan ke Ukraina.
Agenda tersebut dihadiri oleh setidaknya 10 pemimpin dari negara-negara Eropa yang merupakan anggota Uni Eropa atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), termasuk Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni.
Pertemuan darurat itu terjadi pada hari yang sama dengan pertemuan perwakilan Rusia dan Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi, sebagai bentuk kemarahan Eropa karena Ukraina tidak diundang dalam pertemuan Rusia-AS.
Sebelumnya, Kremlin mengonfirmasi pertemuan perwakilan tinggi Rusia dan AS di Arab Saudi untuk membahas rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin menengahi perundingan antara Rusia dan Ukraina yang akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak tahun 2022.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya mengisyaratkan kesediaannya untuk berunding dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam upaya mengakhiri perang.
Presiden Ukraina juga meminta jaminan keamanan dari negara-negara Eropa dan AS jika berhasil mencapai gencatan senjata dengan Rusia.
Eropa Dilema, Apakah Harus Kirim Pasukan ke Ukraina
Meski ada kesepakatan untuk memperkuat upaya pertahanan Eropa dan mendukung Ukraina, negara-negara Eropa dilema pada isu lain yaitu apakah mereka harus mengirim tentara ke Ukraina.
Keberadaan pasukan Eropa di Ukraina bertujuan untuk memastikan keamanan Ukraina jika terjadi gencatan senjata dengan Rusia seperti yang diharapkan Zelensky.
Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan kesiapannya untuk mengirim pasukan ke Ukraina jika diperlukan untuk menjamin keamanan Inggris dan Eropa.
"Saya siap mempertimbangkan komitmen pasukan Inggris bersama pasukan lain jika kesepakatan perdamaian berkelanjutan tercapai," katanya, Minggu (16/2/2025).
Baca juga: Sindir Rusia-AS, Zelensky: Perundingan Tanpa Ukraina Tak Berguna dan Tidak Sah
Pada Senin (17/2/2025), Swedia juga mengatakan pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk mengerahkan pasukan jika negosiasi memungkinkan tercapainya perdamaian yang adil dan abadi antara Rusia dan Ukraina.
Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz menilai pembahasan mengenai kemungkinan pengiriman pasukan ke Ukraina tidak tepat dan prematur, dan menjelaskan ia sedikit kesal karena hal tersebut baru dibahas sekarang.
Senada dengan Jerman, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menekankan bahwa negaranya tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina.
Hubungan AS-Eropa Mulai Berubah
Sejumlah pemimpin negara Eropa menyadari perubahan dalam hubungan Eropa dan AS sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer meminta Amerika Serikat (AS) setelah pertemuan dengan perwakilan Rusia di Arab Saudi untuk memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina, mengingat itu adalah satu-satunya cara untuk mencegah Rusia melancarkan serangan baru ke Ukraina.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.