Konflik Palestina Vs Israel
Brigade Al-Quds Rilis Video Sandera Israel Bulan Lalu, Abu Hamza: Nasib Lainnya Tergantung Netanyahu
Sayap militer Jihad Islam, Brigade Al-Quds, rilis video sandera Israel yang dibebaskan bulan lalu, Abu Hamza: nasib lainnya tergantung sikap Netanyahu
TRIBUNNEWS.COM - Brigade Al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam (PIJ), baru-baru ini menyiarkan video penyerahan dua tahanan sandera Israel, yaitu Gadi Moses dan Arbel Yehud, serta dua warga Thailand dalam pertukaran tahanan gelombang ke-3 pada Kamis (30/1/2025).
Gadi Moses dan Arbel Yehud adalah dua sandera Israel yang ditahan oleh Brigade Al-Quds, sedangkan satu sandera Israel lainnya, Agam Berger, yang merupakan tentara wanita, dibebaskan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, pada hari yang sama.
Rekaman yang dirilis Brigade Al-Quds itu memperlihatkan sandera Israel, Arbel Yehud, berada di sebuah daerah yang hancur di Jalur Gaza, di seberang pemukiman Nir Oz, berdekatan dengan Gaza, dan membagikan permen kepada warga Palestina di daerah tersebut.
Warga Thailand dan Gadi Moses juga muncul bersama dengan anggota Brigade Al-Quds yang menjaga mereka.
"Gadi Moses, Arbel Yehud, dan rekan-rekan mereka pergi hanya melalui kesepakatan pertukaran, jadi bagaimana dengan yang lainnya? Nasib mereka jelas terkait dengan perilaku Netanyahu," tulis Brigade Al-Quds dalam rekaman yang dirilis pada Rabu (12/2/2025).

Sementara itu, juru bicara Brigade Al-Quds, Abu Hamza, menyampaikan pesan singkat melalui akun Brigade di platform Telegram.
"Fakta dan rangkaian peristiwa sejak dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsa hingga saat ini telah membuktikan bahwa satu-satunya solusi untuk membebaskan tawanan dan memulihkan stabilitas adalah melalui kesepakatan pertukaran, dengan catatan bahwa perlawanan Palestina telah memenuhi tugas dan kewajibannya sepenuhnya, sementara musuh telah meninggalkan tawanannya dalam lingkaran bahaya dan ketidakpastian," kata Abu Hamza.
"Kami menganggap pemerintah pendudukan (Israel) bertanggung jawab atas konsekuensi penghindaran kewajibannya terhadap rakyat kami yang tertindas dan pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang terus berlanjut," lanjutnya.
Ia menekankan, nasib sandera Israel lainnya yang belum dibebaskan akan tergantung dari sikap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
"Nasib para tahanan yang ditahan oleh perlawanan terkait dengan perilaku Netanyahu, baik secara negatif maupun positif," kata Abu Hamza.
"Di sini kami menekankan aturan tetap bahwa kami berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata dalam semua aspeknya selama musuh berkomitmen padanya," lanjutnya.
Baca juga: Netanyahu akan Akhiri Gencatan Senjata jika Hamas Tak Bebaskan Sandera Israel pada Hari Sabtu
Netanyahu Ancam Akan Akhiri Perjanjian Gencatan Senjata
Sebelumnya, Netanyahu mengancam akan mengakhiri perjanjian gencatan senjata dengan Hamas jika kelompok tersebut tidak membebaskan sandera Israel yang dijadwalkan pada Sabtu (15/2/2025) pekan ini.
"Jika Hamas tidak mengembalikan sandera kami paling lambat Sabtu siang, gencatan senjata akan berakhir dan IDF akan kembali bertempur secara sengit hingga Hamas akhirnya dikalahkan," kata Netanyahu, Selasa.
Ia juga mengancam akan mengerahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk kembali menyerang Jalur Gaza jika Hamas tidak membebaskan sandera Israel pada Sabtu mendatang.
Ancaman Netanyahu muncul setelah Abu Ubaida, juru bicara Brigade Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan akan menunda pembebasan sandera Israel pada Sabtu mendatang, sebagai bentuk protes karena Israel terus menerus melanggar perjanjian di Jalur Gaza.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.