Konflik Palestina Vs Israel
'Palestina Tidak Dijual', Warga AS Berdemo Serbu Gedung Putih saat Netanyahu Berkunjung
Ratusan pengunjuk rasa berdemonstrasi di depan Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), untuk menolak rencana Presiden Donald Trump mengambil alih Gaza.
Penulis:
Febri Prasetyo
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM – Ratusan pengunjuk rasa berdemonstrasi di depan Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), Selasa (4/2/2025) malam.
Mereka menolak rencana Presiden AS Donald Trump mengambil alih Jalur Gaza dan menjadikan wilayah itu "milik AS".
Aksi demonstrasi itu bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ke Gedung Putih untuk bertemu Trump.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan "merdeka Palestina" dan "Palestina tidak dijual". Di samping itu, mereka meminta AS untuk berhenti mengirim senjata ke Israel.
Michael Schritzer, seorang pengunjuk rasa, mengatakan warga AS menolak uang pajak mereka digunakan untuk membunuh rakyat Palestina.
Dia juga mengecam rencana Trump untuk mengambil alih Gaza dan memindahkan warga Palestina dari sana. Menurutnya, rencana itu adalah rencana "gila".
"Rakyat Palestina tak akan pergi ke mana-mana. Mereka orang pribumi di negeri itu," katanya kepada Al Jazeera.
"Berkata bahwa kalian akan akan mengusir masyarakat adalah suatu mentalitas penjajah."
Sebelumnya, Trump mengklaim warga Palestina akan meninggalkan Gaza dengan senang hati jika diberi kesempatan.
Klaim itu menuai kecaman dari negara-negara Arab dan kelompok HAM. Para pengkritik menyebut rencana Trump itu sebagai tindakan pembersihan etnis.

Sofia Ahmad, seorang pengunjuk rasa lainnya, bahkan mengaku kesusahan mencari kata-kata untuk menggambarkan sikap Trump itu.
Baca juga: Siapa Penguasa Gaza Pascaperang? Hamas Butuh Bantuan, PA Cari Celah, Arab-Israel Menentukan
"Bahwa dia (Trump) seorang presiden adalah fakta yang menjijikkan," kata Sofia.
"Dia seorang fasis, psikopat, narsisis."
Lalu, mengenai Netanyahu, Sofia menegaskan PM Israel itu seorang penjahat yang diburu oleh Mahkamah Pidana Internasional karena dugaan kejahatan perang di Gaza.
"Washington dipenuhi penjahat perang, tetapi yang paling buruk dari yang terburuk berada di sini, seorang yang menjadi arsitek genosida."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.