Senin, 29 September 2025

Kisah para perempuan Korsel yang menjadi seniman tato

Aturan di Korea Selatan selama ini mengharuskan para seniman rajah bekerja dengan izin, layaknya tenaga medis. Mereka yang tak memiliki…

BBC Indonesia
Kisah para perempuan Korsel yang menjadi seniman tato 

Tahun lalu, baik Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang berkuasa maupun partai oposisi Partai Demokratik Korea (DPK), mengajukan Undang-Undang Seniman Tato, yang bertujuan melegalkan seniman tato non-medis.

"Saya sering berpikir Kongres adalah tempat terakhir yang benar-benar mencerminkan opini publik," kata perwakilan DPK, Kang Sun-woo, yang memperkenalkan RUU serupa pada bulan Januari.

Ia menambahkan bahwa hanya 1,4% orang di Korea Selatan yang ditato seorang profesional medis. Kondisi ini turut mendorong perlunya reformasi hukum.

Namun, Asosiasi Medis Korea (KMA) baru-baru ini merilis pernyataan berisi penolakan keras dan kekhawatiran atas usulan tersebut.

"Tato tidak hanya merusak kulit tetapi juga dapat menimbulkan risiko kesehatan lainnya, termasuk gangguan pada diagnosis kanker," bunyi pernyataan itu.

"Tato pada dasarnya adalah prosedur medis, dan popularitasnya yang semakin meningkat tidak mengurangi risiko terkait," kata asosiasi tersebut.

Seorang dokter kulit dan anggota KMA, Dr. Lee Kwang-jun, mengatakan jika undang-undang disahkan, undang-undang tersebut harus disertai dengan aturan yang jelas tentang perizinan.

"Peraturan ketat untuk memastikan tato dilakukan dengan cara yang higienis dan aman" untuk melindungi pelanggan, kata Kwang-jun.

Riset Gallup Korea pada Juni 2021 menunjukkan jika layanan tato semi permanen dikategorikan layaknya tato permanen, maka seperempat orang di Korea Selatan memiliki tato. Sementara, jika layanan tato semi permanen dianggap berbeda dengan kategori permanen maka jumlahnya turun menjadi 5%.

Selain melindungi pelanggan, undang-undang baru juga akan melindungi seniman tato seperti Narr.

Berkaca dari pengalamannya dulu, Narr berhasil membujuk pelanggan yang membuka celana untuk pergi dari studionya.

Tetapi pengalaman itu membuatnya memutuskan menutup studio tatonya beberapa bulan kemudian. Kini, Narr bekerja di studio bersama dengan beberapa seniman tato lainnya.

"Saya merasa jauh lebih nyaman di sana," katanya.

Salah satu teman dekatnya, Banul, yang telah menjadi seniman tato selama 12 tahun, juga pernah menghadapi masalah saat melayani klien.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan