Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu Berterima Kasih kepada Donald Trump, AS Kini Bisa Kirim Bom 2.000 Pon ke Israel

Perdana Menteri Israel Netanyahu memuji Donald Trump dan berterima kasih telah memberi izin ekspor bom 2.000 pon dari AS ke Israel.

Editor: Nuryanti
Official United States Air Force Website
Awak amunisi memindahkan bom Mark 84 (MK-84) seberat 2.000 pon pada tanggal 21 April 2010, di Pangkalan Angkatan Udara Ellsworth, SD. (foto Angkatan Udara AS/Prajurit Kelas 1 Corey Hook). 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berterima kasih kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump karena menepati janjinya dan mencabut larangan pengiriman bom seberat 2.000 pon (1 ton) ke Israel.

“Terima kasih, Presiden Trump, karena telah menepati janji Anda untuk memberi Israel alat yang dibutuhkan untuk mempertahankan diri, menghadapi musuh bersama, dan menjamin masa depan perdamaian dan kemakmuran," kata Netanyahu dalam pesan video, Minggu (26/1/2025).

Sebelumnya, Donald Trump memerintahkan pencabutan larangan yang diberlakukan oleh pemerintahan pendahulunya, Joe Biden, terhadap pengiriman bom seberat 2.000 pon ke Israel, termasuk 1.800 bom MK-84, yang sebelumnya dilarang oleh Joe Biden.

"Kami mencabut embargo terhadapnya. Kami mencabut embargo tersebut hari ini. Dan mereka akan mendapatkannya. Mereka membayarnya, dan mereka telah menunggunya sejak lama dalam penyimpanan," kata Donald Trump kepada wartawan di pesawat Air Force 1, Sabtu (25/1/2025).

Surat kabar AS, Axios, melaporkan bom tersebut akan dimuat ke kapal menuju Israel dalam beberapa hari mendatang.

Pada Mei 2024, Joe Biden yang melabeli dirinya sendiri sebagai Zionis sejati, memberlakukan larangan tersebut setelah mendapat kritik tajam dari masyarakat internasional.

Larangan AS untuk mengirim bom berat tersebut juga menjadi protes Joe Biden terhadap invasi Israel ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan.

Selain itu, Joe Biden khawatir penggunaan bom berat ini oleh Israel di wilayah padat penduduk di Gaza dapat membunuh lebih banyak warga Palestina, meski AS masih mengirim bom jenis lainnya.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Global Public Health pada Oktober 2024 menunjukkan bahwa selama perang yang dilancarkan oleh Israel di Jalur Gaza, bom seberat 2000 pon dijatuhkan di dekat rumah sakit.

Analisis tersebut, yang melibatkan Universitas Harvard, menemukan 25 persen dari seluruh rumah sakit di Gaza berada dalam jangkauan ledakan bom, antara tanggal 7 Oktober hingga 17 November 2023.

Pemerintah AS merupakan sekutu utama Israel dan pendonor terbesar untuk militer Israel sejak pendirian negara tersebut di Palestina pada 1948 dan menyalurkan bantuan militer per tahun ke Israel.

Baca juga: Donald Trump Cabut Keputusan Biden, AS Bisa Kirim Bom 2.000 Pon ke Israel

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 47.306 jiwa dan 111.483 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (26/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Pada Minggu (19/1/2025), Israel-Hamas melakukan pertukaran 3 wanita Israel dengan 90 warga Palestina sebagai bagian dari tahap 1 dalam perjanjian gencatan senjata.

Israel dan Hamas melakukan pertukaran tahanan kedua pada 25 Januari 2025, dengan menukar 4 tahanan tentara wanita Israel dengan 200 tahanan Palestina.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved