Konflik Palestina Vs Israel
Israel Lakukan 1.000 Kali Pelanggaran, Gencatan Senjata Hizbullah-Israel Diperpanjang
Israel dan Hizbullah telah sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata hingga 18 Februari 2025.
Penulis:
Febri Prasetyo
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) menyebut Israel dan Hizbullah telah sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata.
Dengan perpanjangan ini, tenggat waktu penarikan mundur pasukan Israel dari Lebanon selatan turut diperpanjang hingga 18 Februari nanti.
“Gencatan antara Lebanon dan Israel, dengan dipantau oleh AS, akan berlaku hingga 18 Februari 2025,” kata Gedung Putih, Minggu, (26/1/2025), dikutip dari kantor berita Associated Press.
Gedung putih menyebut kedua belah pihak juga mulai merundingkan pemulangan warga Lebanon yang ditahan setelah perang di Jalur Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.
Sebelumnya, Israel memang sudah meminta lebih banyak waktu untuk mundur. Awalnya gencatan hanya akan berlangsung selama 60 hari sejak November 2024.
Israel mengaku butuh waktu lebih lama karena tentara Lebanon belum dikerahkan ke semua area di Lebanon selatan. Tujuan pengerahan itu adalah agar pejuang Hizbullah tidak kembali ke area tersebut.
Di sisi lain, tentara Lebanon mengaku tak bisa mengerahkan personelnya hingga pasukan Israel menarik diri.
Ketika berita ini ditulis, belum ada konfirmasi dari pemerintah Israel mengenai perpanjangan gencatan. Namun, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati telah mengonfirmasinya.

Puluhan warga Lebanon tewas dibunuh Israel
Pengumuman perpanjangan gencatan itu disampaikan beberapa jam setelah para pengunjuk rasa di Lebanon selatan berusaha memasuki desa-desa di sana. Beberapa di antara mereka dilaporkan membawa bendera Hizbullah.
Mereka memprotes Israel yang belum juga menarik pasukannya dari Lebanon selatan. Padahal, hari Minggu kemarin menjadi batas waktu terakhir Israel.
Baca juga: Penduduk Kembali ke Desa-desa Perbatasan Lebanon saat Batas Waktu Penarikan Pasukan Israel Berakhir
Sedikitnya ada 22 orang yang dilaporkan tewas setelah pasukan Israel menembaki para pengunjuk rasa. Adapun korban tewas mencapai 124 orang.
Kementerian Kesehatan Lebanon berujar korban tewas itu termasuk enam wanita dan satu tentara Lebanon.
Israel mengklaim Hizbullah berada di balik aksi unjuk rasa tersebut. Menurut juru bicara Israel, Avichay Adraee, Hizbullah berusaha memanaskan situasi untuk “menutupi kondisi dan statusnya di Lebanon dan dunia Arab”.
Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri mengecam aksi penembakan yang menewaskan puluhan orang itu.
“Panggilan darurat bagi masyarakat internasional agar segera bertindak dan memaksa Israel mundur dari wilayah Lebanon yang diduduki,” kata Berri.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.