Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Trump Tutup Aplikasi Imigrasi, Presiden Meksiko Bereaksi
Donald Trump tutup aplikasi imigrasi yang digunakan migran, dapat reaksi tegas dari Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, yang menentang kebijakan itu.
Ia mengungkapkan bahwa pemerintahannya memiliki pandangan yang berbeda mengenai masalah imigrasi dan menolak kebijakan yang akan memaksa migran untuk tinggal di Meksiko sebelum mengajukan suaka di AS.
Meksiko lebih memilih pendekatan yang lebih inklusif dan fleksibel untuk memberikan perlindungan kepada para pencari suaka, termasuk yang berasal dari negara-negara lain di Amerika Latin.
Sheinbaum juga menegaskan pentingnya mempertahankan aplikasi CBP One, yang menurutnya bisa membantu mengurangi ketegangan di perbatasan.
"Ini akan membantu meredakan ketegangan di perbatasan utara Meksiko dan perbatasan selatan AS," katanya, Yahoo melaporkan.
Kebijakan Trump untuk menutup aplikasi ini serta rencana untuk memulai deportasi massal bagi migran ilegal di AS telah memicu kontroversi di Meksiko.
Menteri Dalam Negeri Meksiko, Rosa Icela Rodríguez, mengatakan bahwa meskipun pemerintah Meksiko tidak setuju dengan kebijakan tersebut, mereka tetap berkomitmen untuk memberikan akses kepada migran yang terdampak, termasuk layanan kesejahteraan dan transportasi kembali ke negara asal mereka.
Meskipun perdebatan ini berlanjut, pemerintahan Trump tetap teguh dengan niatnya untuk menegakkan kebijakan imigrasi yang lebih ketat.
Pemerintah Meksiko berusaha mencari jalan tengah yang dapat mengakomodasi kebutuhan para migran sekaligus menjaga hubungan baik dengan AS.
Janji Temu Dibatalkan
Menurut laporan Reuters, sekitar 280.000 orang menggunakan aplikasi tersebut setiap hari untuk menjadwalkan janji temu mereka sebelum 7 Januari.
Pada Desember lalu, sekitar 44.000 pencari suaka diproses melalui aplikasi tersebut.
Terhitung dari Januari 2023 hingga Desember 2024, lebih dari 936.500 orang telah menjadwalkan janji temu melalui sistem tersebut.
Patah Hati dan Merasa Dikhianati
Di kota Juárez, Meksiko, seorang wanita terlihat menangis sambil meratap di pagar perbatasan.
Julio Alberto Hernández, seorang migran asal El Salvador yang sedang menunggu di Tijuana, mengatakan bahwa janji temunya hanya tersisa beberapa hari lagi, tetapi ia merasa kecewa setelah mendengar bahwa aplikasi tersebut dihentikan.
Banyak migran yang merasa dikhianati setelah berita pembatalan tersebut.
Salah satunya adalah Christian Martinez, seorang warga Honduras, yang telah mengajukan aplikasi dan kini menerima pemberitahuan bahwa aplikasi tersebut tidak lagi diterima.
"Saat ini saya merasakan sesuatu yang hilang begitu saja. Harapan untuk masuk secara legal telah terputus begitu saja," ungkapnya dengan penuh rasa putus asa.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.