Jumat, 3 Oktober 2025

Populer Internasional: Abu Obeida Puji Rakyat Gaza - Kondisi 3 Sandera Israel yang Dibebaskan Hamas

Rangkuman berita populer internasional, di antaranya kondisi 3 sandera Israel yang dibebaskan Hamas.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
Kolase Tribunnews
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya kondisi 3 sandera Israel yang dibebaskan Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.

Juru bicara kelompok Hamas, Abu Obeida, memuji rakyat Palestina yang menciptakan kisah epik bersejarah.

Sebagai informasi, Hamas dan Israel sepakat melakukan gencatan senjata, yang dimulai pada Minggu (19/1/2025).

Hamas telah membebaskan 3 sandera, yang semua kondisinya dalam keadaan baik.

Namun, pakar militer ingatkan rencana buruk Israel di balik kesepakatan ini.

Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.

1. Gencatan Senjata Israel-Hamas, Abu Obeida Puji Rakyat Gaza Ciptakan Kisah Epik Bersejarah

Juru bicara sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, Abu Obeida
Juru bicara sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, Abu Obeida (X/Twitter)

Pada Minggu (19/1/2025), beberapa jam setelah gencatan senjata di Gaza mulai berlaku, juru bicara militer Brigade al-Qassam Hamas, Abu Obeida menyampaikan pidato yang menyoroti perjuangan heroik rakyat Palestina.

Abu Obeida menyatakan, mencapai kesepakatan untuk menghentikan agresi Israel dan genosida terhadap rakyat Palestina merupakan tujuan utama kelompok perlawanan.

Jubir Brigade al-Qassam memulai pidatonya dengan memberikan penghormatan kepada rakyat Gaza.

Dia memuji rakyat Gaza telah menciptakan sebuah kisah epik bersejarah yang akan selalu dikenang sebagai tonggak sejarah perjuangan Palestina.

BACA SELENGKAPNYA >>>

Baca juga: Bezalel Smotrich Akan Gulingkan Pemerintah Israel jika Gencatan Senjata di Gaza Lanjut ke Tahap 2

2. 3 Sandera Israel Dibebaskan oleh Hamas, Dokter Sebut Kondisi Mereka Baik

Gencatan senjata yang ditunggu-tunggu antara Israel dan Hamas akhirnya terlaksana.

Meski sempat tertunda karena masalah teknis selama hampir 3 jam, gencatan senjata mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025) pukul 11.15 waktu setempat atau 16.15 WIB.

Hamas menyerahkan tiga tawanan Israel kepada Palang Merah.

Palang Merah kemudian menyerahkan mereka kepada pasukan Israel untuk dibawa keluar dari Jalur Gaza.

Juru bicara militer Hamas, Abu Obeida, memberikan pidato di televisi.

Ia menyatakan, Hamas berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata, yang menurutnya dapat dicapai lebih dari setahun yang lalu jika bukan karena "ambisi jahat" Netanyahu.

Mengutip Al Jazeera, dokter menyebutkan bahwa para tawanan dalam keadaan sehat.

BACA SELENGKAPNYA >>>

3. Hamas: Kondisi Tahanan yang Dibebaskan adalah Wujud Perbedaan Moral Kami dengan Israel

Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengatakan, foto-foto penyerahan tiga tahanan wanita Israel dalam keadaan sehat adalah wujud perlakuan Hamas kepada mereka.

"Sementara mereka (tahanan Israel) dalam keadaan sehat fisik dan psikologis, tahanan laki-laki dan perempuan kami (Palestina) menunjukkan tanda-tanda kelalaian dan kelelahan," kata Hamas dalam pernyataannya, Senin (20/1/2025).

"Ini mewujudkan perbedaan besar antara nilai dan moral perlawanan dan barbarisme pendudukan Israel," lanjutnya.

Sebelumnya, Hamas menukar tiga tahanan wanita Israel dengan 90 tahanan Palestina pada Minggu (19/1/2025).

Hamas menyerahkan Romi Gonen, Emily Damari, dan Doron Steinbrecher kepada Palang Merah Internasional (ICRC) di Lapangan Saraya di jantung Kota Gaza pada hari Minggu sebelum dibawa ke Israel.

BACA SELENGKAPNYA >>>

Baca juga: Video Sandera Wanita Diberi Hadiah Anggota Hamas saat Hendak Dibebaskan, Tampak Tersenyum Lebar

4. Gencatan Senjata Rapuh, Pakar Militer Ingatkan Rencana Buruk Pasukan Israel di Gaza

Pakar militer dan strategis asal Lebanon, Brigadir Jenderal Elias Hanna, menyoroti kerawanan dan rapuhnya proses gencatan senjata yang terjadi di Jalur Gaza antara Israel dan gerakan pembebasan Palestina, Hamas.

Elias Hanna mengatakan, masalah terbesar yang menghambat proses perjanjian pertukaran tahanan dan gencatan senjata di Jalur Gaza adalah kurangnya pemantau di lapangan untuk mengetahui proses implementasi syarat yang telah disepakati.

Pakar militer itu, juga mengkhawatirkan ambiguitas posisi Israel lantaran pihak pendudukan mengatakan bahwa kalau mereka hendak menyelesaikan pencapaian tujuannya di Gaza.

Sebagai informasi, tujuan Israel melaksanakan agresi di Gaza sejak 7 Oktober 2023 adalah untuk memberangus Hamas yang hingga kini masih solid.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved