Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Harapan Warga Palestina setelah Gencatan Senjata Disepakati: Kembali ke Rumah

Dengan gencatan senjata yang baru saja disepakati, warga Palestina berharap mendapat kesempatan untuk kembali ke rumah mereka.

Anadolu Agency/Abed Rahim Khatib
Warga Palestina merayakan kemenangan setelah Presiden terpilih AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di Kota Khan Yunis, Gaza selatan pada tanggal 15 Januari 2025. 

TRIBUNNEWS.COM - Dalam sebuah posting di Telegram, pejabat Hamas Izzat el-Reshiq menyatakan bahwa kelompoknya "berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata" di Gaza yang difasilitasi oleh Qatar dan Amerika Serikat (AS).

Pernyataan ini muncul setelah Kantor Perdana Menteri Israel menuduh Hamas menarik kembali beberapa elemen kesepakatan untuk mendapatkan "konsesi di menit-menit terakhir",  Al Jazeera melaporkan.

Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan domestik yang besar untuk membawa pulang sejumlah tawanan di Gaza.

"Hamas mengingkari bagian-bagian perjanjian yang dicapai dengan para mediator dan Israel dalam upaya untuk memeras konsesi-konsesi pada menit-menit terakhir," kata pernyataan dari Netanyahu, dikutip dari Ynet.

"Kabinet Israel tidak akan bersidang sampai mediator memberi tahu Israel bahwa Hamas telah menerima semua elemen perjanjian," ungkap Netanyahu.

Kabinet Israel akan meratifikasi kesepakatan tersebut hari ini.

Mitra koalisi sayap kanannya mengancam akan menjatuhkan pemerintahannya jika dia membuat terlalu banyak konsesi.

Harapan Warga Palestina

Sejak 7 Oktober 2023, perang yang menghancurkan Gaza telah berlangsung lebih dari 15 bulan.

Dengan gencatan senjata yang baru saja disepakati, warga Palestina berharap mendapat kesempatan untuk kembali ke rumah mereka.

Baca juga: Jawaban Biden Ditanya Wartawan Soal Pujian untuk Trump atas Gencatan Senjata: Apakah Itu Lelucon?

Tentu dengan mimpi bisa memulai kembali kehidupan mereka.

Areej Hani al-Zaharna, seorang pengungsi Palestina, saat diwawancarai oleh Al Jazeera mengungkapkan ingin melihat rumah yang ditinggalkannya demi menyelamatkan diri.

"Saya ingin melihat rumah saya lagi. Sungguh, bahkan jika rumah saya dihancurkan, saya akan mendirikan tenda di tengah kehancuran, saya akan berkemah di sana," ungkapnya.

Dia menegaskan bakal membangun lagi rumahnya dan tinggal di sana.

Harapan Areej menggambarkan keteguhan hati warga Palestina dalam menghadapi perang di tanah mereka.

Meski rumah mereka hancur dan kehidupan mereka telah terganggu, banyak yang tetap ingin kembali ke tanah mereka dan mulai membangun kehidupan baru setelah gencatan senjata yang membawa harapan baru bagi masa depan Gaza.

Lufthansa Lanjutkan Penerbangan ke Tel Aviv Mulai 1 Februari

Dikutip dari Al Arabiya, Lufthansa, maskapai penerbangan asal Jerman, mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan penerbangan ke dan dari Tel Aviv, Israel, mulai 1 Februari 2025.

Keputusan ini diambil setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan oleh para mediator.

Namun, meskipun penerbangan ke Tel Aviv akan dilanjutkan, Lufthansa menyatakan bahwa penangguhan penerbangan ke dan dari Teheran, Iran, akan tetap berlaku hingga 14 Februari 2025.

Selain itu, penerbangan ke Beirut, Lebanon, juga akan tetap dibatalkan hingga 28 Februari 2025.

Keputusan ini mencerminkan upaya Lufthansa untuk menyesuaikan operasi penerbangannya dengan situasi terkini di kawasan tersebut.

Tahap Pertama Kesepakatan Gencatan Senjata

Pada Rabu (15/1/2025) Israel dan kelompok Palestina Hamas menyetujui kesepakatan gencatan senjata, menurut pernyataan dari Israel, Qatar, dan Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Reaksi 18 Pemimpin Dunia atas Gencatan Senjata Israel-Hamas: Biden, Trump, dan Erdogan

Kesepakatan ini dicapai setelah lebih dari 460 hari perang yang menghancurkan Gaza.

Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, mengumumkan gencatan senjata ini akan mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025).

Dia menambahkan bahwa mekanisme gencatan senjata masih dibicarakan dengan Israel dan Hamas.

Tahap pertama kesepakatan ini akan berlangsung selama enam minggu dan mencakup beberapa langkah penting.

Pertama, akan ada pertukaran tahanan terbatas antara Israel dan Hamas, diikuti dengan penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza dan pengiriman bantuan ke wilayah kantong tersebut.

Sebanyak 33 tawanan Israel, termasuk wanita, anak-anak, dan warga sipil berusia di atas 50 tahun yang ditangkap pada serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, akan dibebaskan.

Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina, termasuk mereka yang dihukum seumur hidup.

Di antara mereka yang dibebaskan adalah sekitar 1.000 orang yang ditahan setelah 7 Oktober.

Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Israel akan menarik pasukannya dari pusat-pusat populasi Gaza ke wilayah-wilayah yang berjarak tidak lebih dari 700 meter dari perbatasan Gaza-Israel.

Penarikan dari Koridor Netzarim, sebuah area strategis yang membelah Jalur Gaza, diharapkan akan dilakukan secara bertahap.

Israel juga akan mengizinkan warga sipil untuk kembali ke rumah mereka di bagian utara Gaza yang terkepung, tempat yang diperkirakan mengalami kelaparan, serta memungkinkan pengiriman bantuan hingga 600 truk per hari.

Selain itu, Israel akan membuka jalur bagi warga Palestina yang terluka untuk meninggalkan Gaza guna mendapatkan perawatan medis.

Penyeberangan Rafah dengan Mesir juga akan dibuka tujuh hari setelah tahap pertama dimulai.

Pasukan Israel juga akan mengurangi kehadirannya di Koridor Philadelphia, yang terletak di wilayah perbatasan antara Mesir dan Gaza, dan sepenuhnya mundur dari area ini paling lambat pada hari ke-50 setelah kesepakatan dimulai.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved