Pesawat Jeju Air Jatuh di Korsel
Temuan Inspeksi Pascajatuhnya Jeju Air, 7 Lokaliser dari 13 Bandara di Korsel Berpotensi Bahaya
Seoul mengumumkan pada Senin (13/1/2025), struktur lokaliser di 7 dari 13 bandara yang diperiksa antara tanggal 2-8 Januari memerlukan perbaikan.
Sebelum melakukan pendaratan pertama dan berbalik arah, pilot juga sempat memperingatkan adanya tabrakan dengan burung.
Alih-alih mendarat dengan kecepatan penuh, pesawat Boeing 737-800 tersebut berbelok tajam dan mendekati landasan pacu dari arah yang berlawanan.
Pesawat kemudian mendarat darurat tanpa roda pendaratan terpasang.
Bird Strikes
Minggu ini, penyelidik utama Lee Seung Yeol mengatakan bahwa "bulu burung ditemukan" di salah satu mesin pesawat.
Namun, tabrakan dengan burung atau Bird Strikes tidak langsung merusak mesin.
Pihak berwenang juga telah menggerebek beberapa kantor terkait di bandara Muan, kantor penerbangan di kota barat daya, dan kantor Jeju Air di Seoul.
Mereka juga melarang CEO Jeju Air untuk meninggalkan negara itu.
Penyelidikan masih terus berlangsung.
Menteri Perhubungan, Park Sang Woo mengundurkan diri awal minggu ini karena merasa bertanggung jawab atas tragedi ini.
179 Orang Tewas dalam Kecelakaan Jeju Air di Muan
Pesawat Jeju Air 7C2216 terbang dari Thailand menuju Bandara Internasional Muan di Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024) lalu.
Pesawat itu mendarat dengan posisi menabrak penghalang beton lalu meledak.
Penghalang itu disebut lokaliser, yang membantu pesawat saat mendarat dan dianggap membuat kecelakaan semakin parah.
Pesawat itu mengangkut 181 penumpang.
Sebanyak 179 dari 181 penumpang dan awak pesawat tewas dalam insiden ini.
Ini adalah kecelakaan penerbangan paling mematikan yang pernah terjadi di Korea Selatan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.