Senin, 29 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Rincian Baru tentang Kematian Hassan Nasrallah, Israel Buru Pemimpin Hizbullah Itu sejak Tahun 2006

Asharq Al-Awsat merilis laporan mengenai rincian operasi pembunuhan mantan sekjen Hizbullah, Hassan Nasrallah.

|
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Nuryanti
via Atlantic Council
Hassan Nasrallah. Asharq Al-Awsat merilis laporan mengenai rincian operasi pembunuhan mantan sekjen Hizbullah, Hassan Nasrallah. 

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah laporan yang diterbitkan pada Minggu (5/1/2025) mengungkapkan informasi terbaru tentang pembunuhan mantan Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa intelijen Israel menerima informasi terperinci mengenai lokasi dan pergerakan Nasrallah beberapa hari sebelum operasi pembunuhannya.

Menurut laporan Asharq Al-Awsat, keputusan tingkat tinggi untuk melenyapkan Nasrallah memuncak dalam 14 serangan udara yang menargetkan gedung-gedung yang ia masuki, termasuk semua kemungkinan rute pelariannya.

Serangan itu berlangsung selama beberapa hari untuk mencegah operasi penyelamatan bagi Nasrallah dan rombongannya.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa sumber keamanan Israel mengonfirmasi perburuan Nasrallah telah dimulai sejak perang tahun 2006, yang dipimpin oleh Intelijen Militer (Aman) dan Mossad.

Namun, keputusan politik untuk bertindak ditunda hingga waktu yang tepat tiba.

Operasi tersebut mendapatkan momentum ketika Nasrallah menjanjikan dukungan bagi Hamas setelah perang pecah pada 7 Oktober 2023.

Laporan tersebut menyatakan bahwa pasukan Israel menggunakan strategi penipuan untuk membuat Nasrallah percaya bahwa Israel tidak berniat meningkatkan konflik.

lihat fotoPemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah

Baik Hizbullah maupun Israel memberi isyarat bahwa kedua belah pihak tidak bermaksud mengerahkan kekuatan militer mereka secara penuh.

Pendekatan itu lah yang membuat Nasrallah menurunkan kewaspadaannya.

Eskalasi terjadi pada 16 September 2024, setelah upaya mediasi oleh utusan AS Amos Hochstein gagal meyakinkan Hizbullah untuk menghentikan serangannya terhadap Israel, yang dilakukan untuk mendukung Gaza.

Baca juga: Pejabat Hizbullah Ungkap Fakta Baru Kematian Nasrallah: Dibunuh Israel di Ruang Diskusi Perang

Setelah Hizbullah menolak permintaan Israel untuk menarik diri dari konflik, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan saat itu Yoav Gallant mengatakan bahwa penduduk Israel di utara hanya dapat kembali setelah invasi darat ke Lebanon.

Pada 17 September, kabinet keamanan Israel menyetujui invasi tersebut dan menerapkan rencana gangguan komunikasi, termasuk menghancurkan perangkat pager dan alat elektronik lainnya.

Sebagai tanggapan, Nasrallah menyampaikan pidato pada 19 September, mengatakan bahwa pertempuran tidak akan berhenti kecuali Israel menghentikan operasinya di Gaza.

Israel kemudian menggunakan pernyataan ini sebagai alasan untuk melakukan eskalasi besar-besaran, yang berpuncak pada invasi darat pada awal Oktober.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan