Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Suriah

Apa Itu Captagon, Stimulan Sintetis yang Jadi 'Tambang Emas' Rezim al-Assad di Suriah?

Menurut laporan, perdagangan captagon di bawah rezim Assad menghasilkan miliaran dolar setiap tahunnya bagi Suriah.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
Channel 4 News
Captagon dan Bashar al-Assad 

TRIBUNNEWS.COM - Rezim Bashar al-Assad di Suriah jatuh setelah pasukan bersenjata memimpin serangan selama sekitar 10 hari dan akhirnya merebut Ibu Kota Damaskus pada Minggu (8/12/2024).

Presiden Assad pun akhirnya melarikan diri ke Rusia.

Namun, bagaimana situasi ini bisa terjadi dengan cepat?

Mengutip ABC News, beberapa analis Suriah serta pemerintahan AS menyebut faktor kejatuhan Assad adalah karena para pendukung utamanya (Iran, Rusia, dan Hizbullah), dilemahkan atau disibukkan dalam pertempuran tersendiri dalam beberapa bulan terakhir.

Pengamat lain di Suriah juga merujuk pada faktor kunci lainnya, yakni pil putih kecil dengan ukiran dua bulan sabit di atasnya.

Pil kecil itu adalah obat sintetis dan amfetamin yang sangat populer di Timur Tengah, yang dikenal sebagai Captagon.

Para ahli mengatakan bahwa perdagangan narkoba yang berasal dari Suriah, yang merupakan pemasok Captagon terbesar di dunia, membantu mempercepat kejatuhan Assad karena negara-negara tetangga yang ingin meredam peredaran pil, meninggalkannya.

Captagon adalah merek dagang pil stimulan sintetis fenethylline atau fenetylline.

Captagon ditemukan di sebuah pabrik di Suriah
Captagon ditemukan di sebuah pabrik di Suriah (Channel 4 News)

Menurut Laporan Obat Dunia dari Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan tahun lalu, wilayah asal utama untuk pengiriman Captagon adalah Suriah dan Lebanon.

Laporan tersebut mengasumsikan bahwa semua penyitaan pil jenis amfetamin yang dilaporkan di subwilayah tersebut adalah Captagon.

Penyitaan obat-obatan itu meningkat dua kali lipat dari tahun 2020, mencapai rekor tertinggi 86 ton pada tahun 2021.

Baca juga: 7 Warga NTB di Suriah Dalam Proses Evakuasi, Segera Dipulangkan ke Indonesia

Caroline Rose, yang mempelajari perdagangan Captagon di lembaga pemikir New Lines Institute yang berpusat di Washington, mengatakan kepada ABC News bahwa obat tersebut secara keliru dianggap tidak berbahaya.

Karenanya, Captagon tidak menimbulkan stigma seperti obat-obatan terlarang seperti kokain atau ekstasi.

Captagon juga bereda di negara-negara yang melarang alkohol karena haram.

"Pil itu membuat Anda merasa tak terkalahkan," kata Rose.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved