Belajar Penyakit Minamata, Pejabat Indonesia Kunjungi Kumamoto Jepang
Pada tanggal 5 Desember, mereka mengunjungi Kibo, Mirai, Minamata, yang mengoperasikan klinik untuk pasien janin
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mempelajari penyakit Minamata yang merupakan dampak polusi lingkungan di masa lalu, seorang pejabat Indonesia mengunjungi kota Minamata prefektur Kumamoto kemarin (5/12/2024) dan mendapatkan penjelasan dari berbagai pihak.
Dalam upaya untuk belajar tentang tragedi penyakit Minamata dan menerapkannya sebagai pelajaran di negara asal mereka, beberapa pejabat pemerintah dari delapan negara di seluruh dunia mengunjungi Kota Minamata, Prefektur Kumamoto.
Pasien korban Minamata yang janinnya dulu ikut menderita ikut serta dalam penyuluhan tersebut sebagai saksi dan bukti nyata.
Pihak Jepang memohon kepada pejabat pemerintah di delapan negara yang mengunjungi Kota Minamata adalah pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas urusan hukum dan tenaga kerja di delapan negara, termasuk Indonesia, Vietnam dan Mongolia sebanyak 11 orang.
Kunjungan ini dimulai oleh JICA atau Japan International Cooperation Agency pada tahun 2023 untuk belajar tentang bisnis dan hak asasi manusia.
Baca juga: Satu Bulan Kerja di Jepang WNI Ini Kalahkan Orang Jepang
Pada tanggal 5 Desember, mereka mengunjungi Kibo, Mirai, Minamata, yang mengoperasikan klinik untuk pasien janin.
Perwakilan, Ibu Takeko Kato, memaparkan situasi pasien janin saat ini.
Ia juga menjelaskan bahwa tiga pasien janin masih menderita penyakit Minamata.
Pejabat pemerintah yang berpartisipasi berkomentar, "Saya belajar pentingnya pemerintah menghadapi polusi,.
Komentar lain, "Saya dibuat untuk berpikir tentang apa yang harus dilakukan pemerintah untuk melindungi hak asasi manusia, sementara pemerintah dan perusahaan harus membagi peran kompensasi."
Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa.
Gejala-gejala sindrom ini seperti kesemutan pada kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dan degradasi kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya meninggal.
Penyakit ini sesuai kota Minamata, prefektur Kumamoto di Jepang, yang merupakan daerah di mana penyakit ini mewabah mulai tahun 1958.
Pada waktu itu terjadi masalah wabah penyakit di kota Minamata Jepang.
Ratusan orang meninggal akibat penyakit yang aneh dengan gejala kelumpuhan saraf.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.