Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Suriah

Hadi Al-Bahra: Gencatan Senjata Lebanon Buka Jalan untuk Pemberontakan

Hadi Al-Bahra mengungkapkan bahwa gencatan senjata di Lebanon membuka kesempatan bagi pemberontak untuk menyerang Aleppo.

Tangkap layar X
Mantan presiden Koalisi Nasional untuk Pasukan Revolusioner dan Oposisi Suriah, perwakilan oposisi terkemuka Hadi al-Bahra berbicara kepada awak media setelah menghadiri putaran ke-6 perundingan konstitusi Suriah di Jenewa, Swiss pada 18 Oktober 2021 

TRIBUNNEWS.COM – Hadi Al-Bahra, Kepala Oposisi Utama Suriah yang diakui secara internasional, mengungkapkan bahwa gencatan senjata yang terjadi di Lebanon memberikan kesempatan bagi pemberontak Suriah untuk melancarkan serangan ke Aleppo.

Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara dengan Reuters pada hari Senin (2/11/2024).

Al-Bahra menjelaskan bahwa para pejuang pemberontak telah memulai persiapan untuk merebut Aleppo sejak setahun lalu.

Namun, rencana tersebut tertunda akibat konflik di Gaza dan Lebanon.

"Setahun yang lalu mereka mulai berlatih dan memobilisasi, tetapi perang di Gaza dan Lebanon menunda operasi ini," katanya.

Dengan berakhirnya pertempuran di Lebanon, Al-Bahra menyatakan bahwa pemberontak kini melihat kesempatan untuk melanjutkan rencana mereka.

"Saat terjadi gencatan senjata di Lebanon, mereka menemukan kesempatan untuk memulai operasi pemberontakan," ujarnya.

Serangan di Aleppo yang dimulai Rabu lalu, berpotensi menjadi tantangan terbesar bagi Presiden Suriah Bashar Al-Assad dalam perang saudara yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

"Akibat perang di Lebanon dan berkurangnya kekuatan Hizbullah, rezim Assad mendapat dukungan yang lebih sedikit," tambahnya.

Baca juga: Serigala Putih Ukraina atau White Wolf Bergabung dengan Hayat Tahrir al-Sham Melawan Tentara Suriah

Militer Turki, yang memiliki pangkalan di perbatasan selatan Suriah dan bersekutu dengan beberapa pemberontak, telah mengetahui rencana kelompok bersenjata tersebut.

Namun, mereka menegaskan tidak akan terlibat langsung dalam konflik ini.

Sementara itu, Iran dan Rusia tetap berkomitmen untuk mendukung pemerintah Suriah, dengan laporan bahwa ratusan pejuang dari milisi Irak telah menyeberang ke Suriah untuk membantu.

Pemberontak yang terlibat dalam operasi ini merupakan koalisi dari kelompok bersenjata sekuler yang didukung oleh Turki, dipimpin oleh Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), yang telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh beberapa negara.

Koalisi ini, yang tidak termasuk HTS, terdiri dari kelompok anti-Assad seperti Tentara Nasional Suriah dan Tentara Pembebasan Suriah.

Sementara gencatan senjata di Lebanon memberikan peluang bagi pemberontakan di Suriah, situasi ini juga menimbulkan risiko baru bagi stabilitas kawasan, Middle East Monitor melaporkan.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved