Sabtu, 4 Oktober 2025

Perubahan Iklim Ancam Sektor Pertanian dan Peternakan Pakistan

Peningkatan suhu, kemarau berkepanjangan, hujan deras, dan banjir besar telah menurunkan produksi pertanian di Pakistan.

Editor: Wahyu Aji
pixabay/ELG21
Ilustrasi perubahan iklim 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor pertanian sebagai tulang punggung Pakistan terancam dampak buruk perubahan iklim.

Pemerintah Pakistan dinilai belum melakukan tindakan konkret dalam menanggapi hal itu.

Peningkatan suhu, kemarau berkepanjangan, hujan deras, dan banjir besar telah menurunkan produksi pertanian di Pakistan

Komoditas seperti jagung, gandum, kapas, dan beras tergerus dampak negatif perubahan iklim. Lambat laun, akan mengancam ketahanan pangan dan sumber kehidupan di Pakistan, seperti dikutip dari laporan Islamkhabar, hari Rabu (20/11/2024).

Pakistan disebut termasuk dalam 10 negara paling rentan terhadap perubahan iklim

Negara ini kerap dilanda cuaca ekstrem yang intens dan berdampak buruk dalam jangka panjang.

Laporan Islamkhabar membeberkan lebih dari 500 orang meninggal setiap tahun akibat perubahan iklim, dalam kurun waktu 2001-2019.

Sementara itu, kerugian tahunan rata-rata mencapai USD3,2 miliar.

Climate Smart Agriculture (CSA) lembaga besutan Bank Dunia, memperkirakan petani di daerah pegunungan dan sepanjang Sungai Indus terkena dampak paling parah.

Produksi pertanian kemungkinan akan menurun secara signifikan, karena suhu tahunan diperkirakan meningkat hingga 2,8 derajat celsius, dan total curah hujan meningkat hingga 7 persen pada 2050.

“Perubahan musim hujan dan peningkatan suhu kemungkinan besar akan membawa tantangan besar bagi pertanian, khususnya di Pakistan utara, di mana kerentanan terhadap perubahan iklim sudah tinggi. Peningkatan suhu kemungkinan akan mempercepat siklus pertumbuhan tanaman dan memperpendek waktu antara menabur dan memanen, sehingga mempengaruhi hasil panen,” tulis laporan CSA.

Selain sektor pertanian, peternakan yang turut berperan penting di Pakistan juga terancam akibat perubahan iklim.

Tercatat sejak awal 2024, lebih dari 15.000 sapi mati di Karachi. Presiden Asosiasi Peternak Sapi dan Susu Shakir Umar Gujjar mengatakan para petani dibiarkan mengurus diri mereka sendiri oleh pemerintah.

Banyak peneliti dan aktivis yang mengecam pemerintah karena tidak bertindak konkret mengatasi hal ini.

“Bencana-bencana iklim ini gagal menggerakkan pemerintah untuk meneliti dokumen-dokumen kebijakan iklim yang telah dibuat selama bertahun-tahun dan mencari solusi dari dokumen tersebut,” kata jurnalis lingkungan Zofeen T. Ebrahim.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved