Konflik Palestina Vs Israel
Brigade Al Qassam Habisi 3 Tentara Israel dari Jarak Dekat di Beit Lahia Gaza Utara
Al Qassam juga mengaku bertanggung jawab atas sniping (penembakan oleh penembak jitu) seorang tentara Israel di Beit Lahia, Gaza Utara
Sejauh ini rincian bagaimana proses ini akan berlangsung masih belum jelas.
Namun Menteri Pertahanan Israel Katz berencana mengadakan diskusi dengan pihak-pihak terkait untuk mencari kompromi yang akan membantu mengintegrasikan Yahudi ultra-Ortodoks (Haredim) ke dalam militer.
Katz juga berjanji akan memastikan tentara ultra-Ortodoks mendapatkan lingkungan yang mendukung untuk memenuhi tugas-tugas mereka di militer, di samping mempertahankan gaya hidup religius mereka.
Pernyataan itu datang menyusul putusan Mahkamah Agung Israel pada Juni, yang mengamanatkan kaum Yahudi Haredi untuk ikut berpartisipasi ke dalam medan perang bersama dengan warga negara Israel lainnya.
Warga Ultra-Ortodoks Ancam Tinggalkan Israel
Merespon perintah wajib militer yang dirilis PM Netanyahu, ribuan warga Haredi ultra-Ortodoks pilih membangkang.
Penolakan dilakukan warga Yahudi Ultra-Ortodoks lantaran mereka menilai keputusan Netanyahu bertolak belakang dengan putusan Mahkamah Agung Israel.
Ini karena Ultra-ortodoks merupakan warga kelas agamawan Israel yang difokuskan khusus urusan agama.
Sehingga Kaum ultra-Ortodoks mengklaim hak mereka hanya untuk belajar di pendidikan khusus agama bukan untuk bertugas di militer atau menjadi pegawai negeri sipil.
Baca juga: Netanyahu Siapkan Rencana Aneksasi Tepi Barat Pasca Kemenangan Trump
Tak sampai disitu, Kaum ultra-Ortodoks juga mengancam akan meninggalkan negara Israel jika mereka dipaksa masuk militer.
“Jika mereka memaksa kami untuk bergabung dengan militer, kami semua akan terbang ke luar negeri, membeli tiket, dan pergi,” ungkap kepala rabi Yahudi Sephardic, dikutip dari Anadolu.
“Mereka (orang Israel yang sekuler) harus memahami bahwa tanpa Taurat, tanpa kollels dan yeshivas (perguruan tinggi Yahudi untuk penelitian Talmud), militer [Israel] tidak akan sukses,” tambah Sephardic.
Gelombang penolakan yang memanas, memaksa Pria ultra-Ortodoks Haredi menggelar demonstrasi besar-besaran di dekat area kantor perekrutan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Yerusalem,
Pada Agustus kemarin, lebih dari 100 pria ultra-Ortodoks ekstremis dilaporkan turun ke jalanan untuk berunjuk rasa di dekat kantor perekrutan IDF, tempat para wajib militer Haredi yang menerima panggilan.
Imbas kerusuhan ini, Lima demonstran ultra-Ortodoks telah ditangkap atas tuduhan melakukan perilaku tidak tertib dan menyerang petugas polisi di Yerusalem.
Israel Krisis Tentara
Rilisnya perintah wajib militer bagi Kaum ultra-Ortodoks memicu spekulasi bahwasanya Israel kini tengah mengalami krisis pasukan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.