Selasa, 30 September 2025

Dulu Diremehkan, Soft Power China Kini Begitu Dahsyat: Begini yang Terlihat Nyata di Asia Tenggara

China kemudian memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara melalui pendirian Soo Chow University di Laos dan Xiamen University di Malaysia

|
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Tribunnews/Choirul Arifin
Profesor Leo Suryadinata di seminar bertajuk “Soft Power RRT Yang Sedang Bangkit dan Dampaknya Terhadap Bidang Pendidikan dan Budaya Populer di Asia Tenggara,” di Jakarta, Selasa, 5 November 2024. 

"China menjadi kuat sejak dipimpin Deng Xiaoping. Dalam beberapa bidang teknologi yang dmiliki China sudah melebihi AS meski dari kemampuan persenjataan masih di bawah AS," kata Prof Leo.

Sebagai negara maju, China mengekspor kemampuan kapitalnya melalui BRRI (dulu OBOR). Kekuatan ekonomi China membuatnya percaya diri dan menyebarkan soft power-nya.

Soal sejauh mana dampak soft power China menurut Prof Leo sejauh ini belum pernah diukur. Karena itu, masih diperlukan studi lebih lanjut mengenai dampak dan pengaruh dari peningkatan soft power RRT itu.

Terkait soft power China ini, Prof Leo mengatakan, pemerintahan China sejak dikendalikan Presiden Xi Jinping mulai berubah.

Profesor Leo Suryadinata di seminar bertajuk “Soft Power RRT Yang Sedang Bangkit dan Dampaknya Terhadap Bidang Pendidikan dan Budaya Populer di Asia Tenggara,” di Jakarta, Selasa, 5 November 2024.
Profesor Leo Suryadinata di seminar bertajuk “Soft Power RRT Yang Sedang Bangkit dan Dampaknya Terhadap Bidang Pendidikan dan Budaya Populer di Asia Tenggara,” di Jakarta, Selasa, 5 November 2024. (Istimewa)

Kebijakan Tiongkok terhadap China perantauan di masa lalu, China meganut satu sistem kewarganegaraan.

"Tapi sejak Xi Jinping jadi Presiden China, ada policy utuk mengaburkan status kewarganearaan. Di RRT, di masa lalu ketika mereka menyebut warga negara Tiongkok yang merupakan China overseas, mereka menamakan hua qiao atau orang-orang Tiongkok yang tinggal di negara lain dan jadi warga negara lain.
Tapi sekarang hal itu cenderung digabung/disamakan," bebernya.

"Policy ini membuat banyak negara lain terutama yang memiliki hubungan kurang baik dengan China, merasa tidak nyaman,karena national interest setiap negara berbeda-beda," imbuhnya.

Institut Confucius, Strategi Soft Power China di Asia Tenggara

Baca juga: Amerika Klaim Rusia dan China Tanpa Malu-malu Lindungi Korea Utara

Dia menambahkan, munculnya Confucius Institute di 2005 dan menyebar di Asia Tenggara.

China kemudian memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara lewat pendidikan seperti melalui pendirian Soo Chow University di Laos dan Xiamen University di Malaysia.

Banyak pelajar Asia Tenggara yang kini menempuh pendidikan di China dan sebaliknya, banyak pelajar Tiongkok yang menempuh pendidikan di Asia Tenggara.

Di bidang seni budaya, belakangan drama pop dan seni dari China mulai populer di Asia Tenggara.

Saat ini Institut Confucius makin meluas di Asia Tenggara, di Thailand ada 16, di Indonesia ada 8, dan di Filipina dan Maaysia masing-masing ada 5.

Confucius Institute juga didirikan di Cambodia, Laos dan Singapura, serta Vietnam. Jumlah totalnya mencapai 40 buah.

Menurut Prof Leo, strategi soft power bisa menghapus stigma negatif tentang China selama ini.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved