Kamis, 2 Oktober 2025

Kekuasaan, minyak, hingga lukisan Rp7 triliun - Kesaksian orang dalam istana tentang Putra Mahkota Arab Saudi

Pewaris takhta kerajaan Arab Saudi, yang berjanji untuk memodernisasi negaranya, telah menghadapi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.

BBC Indonesia
Kekuasaan, minyak, hingga lukisan Rp7 triliun - Kesaksian orang dalam istana tentang Putra Mahkota Arab Saudi 

Salah satu perubahan yang paling disambut baik, kata mantan kepala MI6 itu, adalah pemotongan dana Arab Saudi untuk masjid-masjid dan sekolah-sekolah agama di luar negeri yang menjadi tempat berkembang biaknya jihadisme Islam – yang memberikan manfaat besar bagi keamanan negara-negara Barat.

Ibu MBS, bernama Fahda, berasal dari suku Bedouin. Dia disebut sebagai istri kesayangan dari empat istri ayahnya. Para diplomat Barat yakin bahwa raja telah menderita penyakit demensia vaskular yang terjadi secara perlahan selama bertahun-tahun; dan MBS adalah anak yang dimintai bantuannya.

Beberapa diplomat mengenang pertemuan mereka dengan MBS dan ayahnya. Sang pangeran akan menulis catatan di iPadnya, lalu dikirimkan ke ayahnya sebagai cara untuk membantu ucapan yang akan diungkapkan kemudian.

“Saya pasti bertanya-tanya apakah MBS mengetik dialognya untuknya [Salman],” kenang Lord Kim Darroch, Penasihat Keamanan Nasional David Cameron ketika dia menjadi perdana menteri Inggris.

Sang pangeran juga tampaknya sangat tidak sabar saat menunggu ayahnya menjadi raja.

Pada 2014, MBS dilaporkan pernah menyarankan untuk membunuh raja saat itu – Abdullah, pamannya – dengan cincin beracun, yang diperoleh dari Rusia.

“Saya tidak tahu pasti apakah dia hanya sekedar sesumbar, tapi kami menganggapnya serius,” kata Jabri.

Mantan pejabat senior keamanan itu mengatakan dia telah melihat rekaman video pengawasan saat MBS membicarakan gagasan tersebut. “Dia lalu dilarang masuk istana, berjabat tangan dengan raja, untuk jangka waktu yang cukup lama.”

Dalam peristiwa tersebut, raja meninggal karena sebab alamiah, sehingga saudaranya, Salman, naik takhta pada tahun 2015. MBS diangkat menjadi menteri pertahanan dan tidak membuang waktu untuk meluncurkan perang.

Perang di Yaman

Dua bulan kemudian, sang pangeran memimpin Koalisi Teluk untuk berperang melawan gerakan Houthi, yang telah menguasai sebagian besar wilayah barat Yaman dan MBS lihat sebagai saingan Arab Saudi di kawasan, yaitu Iran.

Perang ini pun memicu bencana kemanusiaan dan jutaan orang berada di ambang kelaparan.

“Itu bukanlah keputusan yang cerdas,” kata Sir John Jenkins, yang menjabat sebagai Duta Besar Inggris sebelum perang dimulai.

“Seorang komandan senior militer Amerika mengatakan kepada saya bahwa mereka telah diberi pemberitahuan 12 jam sebelumnya mengenai kampanye [perang] itu, dan ini merupakan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

Kampanye militer tersebut membantu mengubah seorang pangeran yang kurang dikenal menjadi pahlawan nasional Saudi. Di sisi lain, langkah itu juga disebut oleh teman-temannya sebagai kesalahan pertama dari beberapa kesalahan besar yang MBS buat kemudian.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved