Kamis, 2 Oktober 2025

Kekuasaan, minyak, hingga lukisan Rp7 triliun - Kesaksian orang dalam istana tentang Putra Mahkota Arab Saudi

Pewaris takhta kerajaan Arab Saudi, yang berjanji untuk memodernisasi negaranya, telah menghadapi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.

BBC Indonesia
Kekuasaan, minyak, hingga lukisan Rp7 triliun - Kesaksian orang dalam istana tentang Putra Mahkota Arab Saudi 

Selama setahun terakhir, tim dokumenter kami telah berbicara dengan teman-teman maupun penentang MBS, serta mata-mata hingga para diplomat senior dari Barat.

Pemerintah Saudi telah diberi kesempatan untuk menanggapi klaim yang dibuat dalam film BBC dan artikel ini. Namun, mereka memilih untuk tidak melakukannya.

Saad al-Jabri memiliki posisi tinggi dan penting di struktur keamanan Arab Saudi sehingga dia berteman dengan para kepala CIA dan MI6.

Meskipun pemerintah Saudi kemudian menyebut Jabri sebagai mantan pejabat yang tak dapat dipercaya, dia juga merupakan pembangkang Saudi yang paling berpengetahuan luas dan berani berbicara tentang bagaimana putra mahkota memerintah Arab Saudi.

Wawancara langka yang Jabri berikan kepada kami sungguh menakjubkan dalam detailnya.

Dengan mendapatkan akses ke banyak orang yang mengenal sang pangeran secara pribadi, kami memperoleh pencerahan baru tentang peristiwa-peristiwa yang membuat MBS terkenal – termasuk pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, pada tahun 2018 dan peluncuran perang yang menghancurkan di Yaman.

Ketika ayahnya semakin lemah, MBS yang berusia 38 tahun kini secara de facto memimpin negara tempat kelahiran Islam dan pengekspor minyak terbesar di dunia.

Dia mulai melaksanakan banyak rencana terobosan yang dia jelaskan kepada Saad al-Jabri – dan juga dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia termasuk penindasan terhadap kebebasan berpendapat, meluasnya penerapan hukuman mati, dan pemenjaraan aktivis hak-hak perempuan.

Awal yang tidak menguntungkan

Raja pertama Arab Saudi memiliki setidaknya 42 putra, termasuk ayah MBS, Salman.

Mahkota kerajaan secara tradisional diturunkan di antara putra-putra ini. Ketika dua di antara mereka meninggal mendadak pada 2011 dan 2012, Salman diangkat ke garis suksesi.

Agen mata-mata Barat berupaya mempelajari suksesi di Arab Saudi itu – serupa dengan Kremlinologi di Rusia - untuk mencari tahu siapa yang akan menjadi raja berikutnya. Pada tahap ini, MBS masih sangat muda dan tidak dikenal, dan bahkan dia tidak masuk radar Barat.

“Dia tumbuh dalam lingkungan yang relatif tidak dikenal,” kata Sir John Sawers, kepala MI6 hingga tahun 2014. “Dia tidak ditakdirkan untuk naik ke tampuk kekuasaan.”

Putra mahkota juga tumbuh di sebuah istana di mana perilaku buruk hanya diganjar dengan sedikit konsekuensi, itu pun jika ada. Hal ini mungkin bisa menjelaskan kebiasaan MBS yang terkenal tak pernah memikirkan dampak dari keputusannya, sampai dia sudah menjalankannya.

MBS pertama kali mencapai ketenaran di Riyadh pada akhir masa remajanya, ketika ia dijuluki “Abu Rasasa” atau “Bapak Peluru”. Dia diduga mengirimkan sebuah peluru lewat kantor pos ke seorang hakim yang menolaknya dalam sengketa properti.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved