Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Yahya Sinwar Terpilih Sebagai Pemimpin Baru Hamas, Siapa Dia, dan Apa Artinya bagi Perjuangan Hamas?

Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, Gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengumumkan bahwa Yahya Sinwar adalah pemimpin barunya.

Penulis: Muhammad Barir
Haarezt
DUDUK DI SOFA - Foto yang terkenal, di mana pemimpin Hamas, Yahya Sinwar duduk di atas sofa di puing-puing reruntuhan rumahnya pada 2021 silam. Foto ini kembali mengemuka seiring klaim PM Israel, Benjamin Netanyahu yang menyebut tentara Israel telah mengepung rumah itu pada perang Gaza, Desember 2023. 

Tiga, laporan media, beberapa di antaranya diedarkan oleh media besar AS, bahwa adanya konflik antara 'kaum moderat' dan 'garis keras' Hamas adalah tidak benar.

Keempat, Hamas terus mendukung strategi Perlawanan Sinwar setelah lebih dari 300 hari perang.

Kelima, Hamas muncul lebih kuat dan lebih bersatu setelah pembunuhan pemimpinnya, Haniya.

Keenam, bahwa Hamas, meskipun ada perang dan pembunuhan, adalah sebuah gerakan institusi dan bahwa keputusan-keputusan dibuat melalui proses demokratis, yang tetap berlaku meskipun perang Israel dan genosida di Gaza sedang berlangsung.

Profil Yahya Sinwar

Disebut sebagai target nomor satu Israel di Gaza, Yahya Sinwar adalah pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Hamas saat ini di Jalur yang terkepung.

Meskipun menjadi bagian dari politbiro Hamas sejak 2017, peningkatan popularitas publiknya baru terjadi pada Mei 2021, ketika sayap bersenjata partai politik tersebut, Brigade Qassam, melancarkan pertempuran 'Saif Al-Quds' (Pedang Yerusalem) sebagai respons atas serangan berulang Israel terhadap jamaah di Masjid Al-Aqsa.

Lahir di Kamp Pengungsi

Sinwar lahir pada tanggal 29 Oktober 1962, di kamp pengungsi Khan Younis.

Pada tahun 1948, orang tuanya dibersihkan secara etnis dari rumah mereka di Majdal-Askalan, sekarang diambil alih oleh pemukim Israel dan diganti namanya menjadi Ashkelon.

Terluka oleh pengalamannya tumbuh sebagai pengungsi, tumbuh di bawah pendudukan militer di Jalur Gaza – yang terjadi pada tahun 1967 – ayahnya mengatakan bahwa
“Kehidupan Yahya penuh dengan penderitaan karena agresi Zionis. Sejak kecil, ia bertekad untuk melawan pendudukan tersebut.”

Seorang Aktivis Politik

Seorang siswa berprestasi di bidang akademis di sekolah, ia melanjutkan studi di Universitas Islam di Gaza, di mana ia membantu merintis Blok Islam dan memegang sejumlah posisi dewan mahasiswa di universitas tersebut.

Pada tahun 1982, Sinwar dan anggota dewan mahasiswa lainnya melakukan perjalanan mengunjungi wanita Palestina di Jenin yang diduga menjadi korban upaya peracunan oleh orang Israel.

Sebagai tanggapan atas kunjungan tersebut, ia ditangkap dan ditempatkan di bawah penahanan administratif (ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan) selama enam bulan, dengan tuduhan terlibat dalam aktivitas Islam subversif.

Selama penahanannya, Sinwar berteman dengan aktivis lain, seperti Saleh Shehade yang kemudian memimpin sayap bersenjata Hamas hingga pembunuhannya pada tahun 2002.


Jaringan Majd

Yahya Sinwar bertanggung jawab untuk mendirikan jaringan keamanan yang dikenal sebagai Majd.

Majd beroperasi secara rahasia sementara organisasi yang berpihak pada Ikhwanul Muslimin yang mendahului Hamas, Mujamma Islamiyya, tetap menjadi kelompok yang tidak suka berperang hingga berdirinya Hamas pada akhir tahun 1987.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved