Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Terancam Dikeroyok Iran dan Proksinya, Netanyahu Batal Pecat Menteri Pertahanan Gallant

Benjamin Netanyahu batal memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant karena Israel sedang menghadapi potensi serangan balasan Iran dan sekutunya,

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Salma Fenty
Tangkapan Layar/JN
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. 

TRIBUNNEWS.COM - Selepas kunjungan ke Amerika Serikat (AS), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan ingin memecat Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.

Tak hanya itu, Netanyahu juga ingin mengganti Kepala Staf Umum Israel dan Kepala Shin Beth.

Akan tetapi, menurut beberapa narasumber yang dekat dengan Netanyahu, perdana menteri sayap kanan itu menunda pemecatan karena situasi keamanan Israel sedang pelik.

Israel kini menghadapi ancaman serangan balasan setelah Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dan panglima senior Hizbullah Fuad Shukr tewas.

Israel mengakui membunuh Shukr, tetapi belum membantah atapun mengonfirmasi telah membunuh Haniyeh.

Iran dan sekutunya, yakni Hamas, Hizbullah, Houthi, dan lainnya, sudah menyatakan akan membalas kematian kedua pejabat itu.

Walla melaporkan Israel tengah bersiap menghadapi serangan balasaan Iran dan kawan-kawannya.

"Keputusan itu sudah dibuat. Itu bukan suatu pertanyaan 'apakah', tetapi kapan," kata sumber sumber Walla.

Para pejabat keamanan takut Netanyahu akan mengontrol lembaga keamanan Israel dengan cara menunjuk para loyalisnya sebagai pejabat keamanan.

Di sisi lain kantor Netanyahu membantahnya. "Perdana Menteri tidak terlibat dalam hal ini," kata kantor itu.

Netanyahu sebenarnya sudah pernah memecat Gallant pada bulan Maret lalu karena menolak perombakan yudisial.

Baca juga: Warga Israel Mulai Cemas & Takut Keluar Rumah, Jika Iran dan Hizbullah Menyerang Negara Itu

Akan tetapi, dia kemudian mengembalikan Gallant ke jabatannya setelah mendapat protes dari masyarakat.

Hubungan Panas Netanyahu-Gallant

The Jerusalem Post mengabarkan dalam beberapa bulan terakhir hubungan Netanyahu dengan Gallant memang kurang baik.

Salah satunya karena Gallant menolak UU pengecualian kaum Yahudi ultraortodoks dari wajib militer.

Sebab lainnya ialah Gallant mendukung perjanjian pertukaran sandera serta pembentukan komisi untuk menyelidiki kegagalan Israel dalam mencegah serangan Hamas tanggal 7 Oktober 2023.

Adapun rencana pemecatan Gallant juga terkait dengan negosiasi dengan Ketua Partai Persatuan Nasional Gideo Saar perihal bergabunganya partai itu ke dalam pemerintahan Netanyahu.

Narasumber dari Partai Likud, yakni partai Netanyahu, mengklaim Saar adalah calon pengganti Gallant jika Gallant dicopot.

Israel Terancam Dikeroyok

Israel terancam dikeroyok oleh Iran dan proksi-proksinya setelah kematian Haniyeh dan Shukr.

Iran beserta anggota Poros Perlawanan sudah mengirimkan sinyal bakal menyerang Israel dalam waktu dekat.

Para pembesar Poros Perlawanan juga sudah berkumpul di Kota Teheran guna membahas serangan gabungan mereka yang terkoordinasi itu.

Media pemerintah Iran memperkirakan serangan Iran c.s. akan mirip dengan serangan Iran pada bulan April lalu, tetapi dalam skala yang lebih besar.

Baca juga: Analisis: Apa yang Terjadi jika Iran, Hizbullah, Houthi, Hamas, dkk. Serang Israel secara Bersamaan?

Institut Kajian Perang (ISW) dalam laporannya pada hari Rabu, (1/8/2024), memperkirakan skenario serangan balasan dalam waktu bersamaan oleh Iran, Hizbullah, Hamas, Houthi, dan kelompok lainnya makin mungkin terjadi.

Menurut ISW, Israel bisa kewalahan menghadapi serangan gabungan itu.

Dalam skenario ini Iran bisa meningkatkan jumlah rudal yang ditembakkan dari Iran dan negara-negara sekitarnya.

Kemudian, Hizbullah, Houthi, dan para milisi di Irak dan Suriah yang didukung Iran bisa melancarkan serangan bersamaan agar makin membebani sistem pertahanan udara Israel.

Pesawat nirawak dan rudal yang diluncurkan dari Irak, Lebanon, dan Suriah akan jauh lebih susah ditangkis Israel. Hal itu karena jaraknya yang lebih dekat dari Israel.

Pasukan Israel dan AS hanya akan mempunyai waktu jauh lebih sedikit untuk menangkisnya.

Adapun pesawat nirawak Hizbullah hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk mencapai Kota Haifa dan 40 menit ke ibu kota Israel.

Iran bisa memanfaatkan waktu tempuh yang pendek ini untuk memusatkan satu target di Israel daripada dua target.

Waktu tempuh pendek bagi pesawat nirawak memungkinkan Iran untuk mengoordinasikannya dengan rudal balistik yang ditembakkan dari Iran. Waktu tempuh rudal itu umumnya kurang dari 10 menit.

(Tribunnews/Febri)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved