Konflik Palestina Vs Israel
Hamas: Netanyahu Tambah Syarat Gencatan Senjata, Israel Persulit Negosiasi
Hamas mengatakan Netanyahu mempersulit kesepakatan gencatan senjata dengan menambah syarat pada proposal AS.
TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengatakan syarat-syarat yang ditambahkan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada proposal gencatan senjata yang diajukan sekutu Israel, Amerika Serikat (AS).
Menurut Hamas, syarat tambahan itu adalah upaya Netanyahu untuk menunda gencatan senjata di Jalur Gaza.
"Persyaratan Netanyahu mencabut apa yang disampaikan para mediator," kata Hamas dalam pernyataannya, Senin (29/7/2024).
Hamas menyebutnya sebagai kartu Israel yang merupakan bagian dari proyek Presiden AS Joe Biden dan resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Netanyahu sekali lagi kembali ke strategi penundaan, penundaan, dan penghindaran mencapai kesepakatan dengan menetapkan kondisi dan tuntutan baru," kata Hamas, dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu, Netanyahu membantah pernyataan Hamas dan mengatakan Israel tidak mengubah persyaratan apa pun dalam perjanjian mengenai proposal gencatan senjata di Jalur Gaza.
Sebaliknya, ia menuduh Hamas mencegah tercapainya kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata.
Di sisi lain, para pejabat Israel mengatakan Netanyahu adalah alasan utama di balik sikap garis keras Israel dalam perundingan Roma, seperti diberitakan The New York Times.
Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan, Hamas adalah pihak yang menuntut 29 perubahan, dan tidak menyetujui usulan awal.
Perundingan terbaru itu dilakukan di Roma, Italia, dengan melibatkan mediator Qatar dan Mesir serta perwakilan dari Hamas dan Israel.
Pembicaraan di Roma berakhir pada Senin kemarin dengan partisipasi Direktur CIA William Burns, Direktur Lembaga Intelijen dan Operasi Khusus Israel (Mossad) David Barnea, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani, dan Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel.
Baca juga: Media Israel: Netanyahu Sengaja Persulit Negosiasi Gencatan Senjata, Pertaruhkan Nyawa Para Sandera
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 39.363 jiwa dan 90.929 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (29/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.