Konflik Palestina Vs Israel
Senjata Baru Hizbullah Drone Shahed-101 Buatan Iran Tewaskan Perwira IDF, Diklaim Sulit Terdeteksi
Hizbullah memperkenalkan senjata baru mereka, drone Shahed-101 buatan Iran yang diklaim sulit terdeteksi AU Israel.
TRIBUNNEWS.com - Gerakan Perlawanan Lebanon, Hizbullah, resmi memperkenalkan senjata baru mereka, drone Shahed-101 buatan Iran, di tengah konflik dengan Israel sebagai dukungan atas apa yang terjadi di Jalur Gaza.
Koresponden urusan militer untuk lembaga penyiaran Israel, Kan, bernama Itay Blumenthal, melaporkan drone Shahed-101 itu digunakan baru-baru ini sejak awal perang.
"Hizbullah mulai menggunakan drone Shahed-101 (buatan) Iran yang baru untuk pertama kalinya sejak awal perang," kata Blumenthal, Minggu (14/7/2024).
Menurut Blumenthal, drone itu "sangat sulit dideteksi dan dicegah Angkatan Udara Israel."
Sebab, lanjut dia, drone baru Hizbullah ini berbahan bakar listrik yang membuat suaranya "sangat sunyi dan hampir mustahil terdengar dari permukaan tanah."
Ia juga menjelaskan, Shahed-101 berbeda dari drone Ababil, yang sebelumnya digunakan Hizbullah, yang berbahan bakar bensin.
Blumenthal menyebut Shahed-101 memiliki jangkauan "19 kilometer dan bisa membawa bahan peledak yang beratnya mencapai 10 kilogram."
Blumenthal juga membenarkan Shahed-101 "adalah drone yang diluncurkan Hizbullah pada Kamis (11/7/2024), yang menyebabkan terbunuhnya seorang perwira Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Brigade Alon."
Sebelumnya, pada Sabtu (13/7/2024), Hizbullah mengklaim telah menargetkan situs militer dan tentara Israel di dekat perbatasan Lebanon.
Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah mengatakan mereka "menargetkan sekumpulan tentara Israel di dekat lokasi Hanita menggunakan rudal Falaq."
Dalam pernyataan terpisah, Hizbullah juga menyampaikan para pejuangnya telah menargetkan situs Metual Israel "menggunakan rudal Jihad", dilansir Anadolu Ajansi.
Baca juga: Perusahaan Listrik Terbesar Israel Gelar Simulasi untuk Skenario Perang Besar Lawan Hizbullah
Rudal Jihad, menurut para pengamat, diproduksi secara lokal, tidak terarah, membawa hulu ledak seberat 120 kilogram (265 pon), dan memiliki kemampuan menghancurkan yang signifikan.
Hizbullah mengatakan serangannya terjadi sebagai respons terhadap serangan udara Israel pada Jumat (12/7/2024), yang menewaskan satu orang di kota perbatasan Mari di Hasbaiyya di provinsi Nabatieh.
Kemudian, Hizbullah menambahkan, para pejuangnya menargetkan "situs Ruweisat Al-Alam di perbukitan Kafr Shuba di Lebanon yang diduduki menggunakan senjata roket, sehingga menghasilkan serangan langsung."
Sebelumnya, pada Senin (8/7/2024), pejabat Hizbullah mengumumkan peluncuran operasi terbesar terhadap pangkalan mata-mata Israel di Gunung Hermon alias Jabal al-Sheikh.
IRNA melaporkan, operasi yang berlangsung pada Minggu (7/7/2024) ini, terjadi kurang dari satu jam setelah Menteri Keamanan Israel, Yoav Gallant, mengancam Lebanon dari Gunung Hermon.
Gallant menerbitkan dokumentasi penilaian situasi operasional di Gunung Hermon untuk menargetkan Hizbullah, menurut media Israel.
Penilaian operasional itu, di mana Gallant mengklaim "kami terus memerangi Hizbullah", dihadiri sejumlah komandan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan batalyon yang beroperasi di Gunung Hermon dan sektor peternakan Shebaa Lebanon yang diduduki.
Di kesempatan yang sama, Gallant juga menyebut, bahkan jika ada gencatan senjata di Gaza, Israel akan terus berperang dan melakukan "apapun yang diperlukan" terhadap Lebanon.
Ia beralasan, IDF siap melakukan apapun dan jika Hizbullah tidak mengizinkan pemukim Israel untuk kembali ke utara, "kami akan bertindak."
Baca juga: Serangan Langka, Perlawanan Suriah Ikuti Hizbullah Gempur Golan, Poros Milisi Rongrong Israel
Sebuah media Israel melaporkan, beberapa waktu lalu, Gallant menerbitkan "dokumentasi penilaian situasi operasional di Gunung Sermon."
Tetapi, yang mengejutkan, beberapa menit kemudian "serangan Hizbullah didokumentasikan" setelah pertemuan Israel di puncak gunung.
Alih-alih menahan diri, Hizbullah menganggap remeh ancaman Gallant.
Gerakan perlawanan Lebanon ini melancarkan serangan gerombolan drone terhadap pangkalan mata-mata, termasuk pusat pengintaian teknis dan elektronik jarak jauh, milik Israel di Gunung Hermon.
Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah mengonfirmasi, drone mereka berhasil mengenai kubah pangkalan, peralatan mata-mata dan intelijen, serta sistem teknisnya.
Serangan itu diklaim menyebabkan hancurnya perangkat yang ditargetkan dan memicu kebakaran besar.
Dilansir Al Mayadeen, pangkalan mata-mata di Gunung Hermon yang diserang Hizbullah, merupakan target dengan lokasi tertinggi sejak awal perang Gaza.
Pangkalan itu terletak di ketinggian 2.230 meter di atas permukaan laut, merupakan bagian dataran tinggi Golan Suriah yang diduduki.
Aktivitas pangkalan tersebut mencakup pemantauan ke arah timur, mulai Suriah hingga Irak, Yordania, Tabuk, sampai perbatasan Iran.
Pangkalan itu mencakup sistem elektronik, spionase, intelijen, dan teknis milik Israel yang dianggap paling maju di dunia,
Hizbullah melakukan sembilan operasi sejauh ini, "untuk membela rakyat Palestina yang gigih dan perlawanan mereka yang berani, serta membela desa-desa, kota-kota, dan warga Lebanon dari agresi Israel yang terus-menerus di wilayah selatan Lebanon," menurut sebuah pernyataan.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.