Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Mengapa Vietnam yang Dipilih Putin setelah Kunjungannya ke Korea Utara?

Setelah kunjungi Kim Jong Un di Korea Utara, Vladimir Putin terbang ke Vietnam. Namun mengapa Vietnam yang dipilih?

Kristina Kormilitsyna / POOL / TASS
Putin dengan Presiden Vietnam To Lam. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin terbang ke Vietnam pada Rabu (19/6/2024) malam setelah singgah di Korea Utara.

Mengutip Aljazeera, kunjungan Putin ke Vietnam merupakan salah satu cara Rusia untuk menunjukkan bahwa meski Putin diperlakukan bak paria oleh Barat, namun ia masih memegang pengaruh politik di Timur, kata para ahli.

Vietnam yang dipimpin Komunis akan menyambut Putin untuk kunjungan dua hari, kata Kremlin.

Kunjungan ini dilakukan setelah Amerika Serikat memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Moskow.

Negara-negara Barat juga menegaskan kembali dukungan mereka kepada Ukraina dengan menyetujui pinjaman sebesar $50 miliar untuk Kyiv pada pertemuan puncak G7.

Lantas, mengapa Vietnam yang dipilih Putin?

Presiden Vietnam Tô Lâm memimpin upacara penyambutan resmi Presiden Rusia Vladimir Putin di Hanoi, yang diselenggarakan dengan protokol tertinggi yang diperuntukkan bagi para kepala negara.
Presiden Vietnam Tô Lâm memimpin upacara penyambutan resmi Presiden Rusia Vladimir Putin di Hanoi, yang diselenggarakan dengan protokol tertinggi yang diperuntukkan bagi para kepala negara, Kamis (20/6/2024). (VNA/VNS Photos)

Berbeda dengan Korea Utara, negara tertutup yang mendapat sanksi berat dari PBB atas program nuklir dan rudalnya, Vietnam adalah negara yang diinginkan oleh negara-negara besar lainnya untuk menjalin hubungan dekat.

Dengan perekonomian yang sedang berkembang dan eksportir garmen terkemuka, Vietnam saat ini menganggap Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya sebagai mitra penting.

India adalah mitra pertahanan Vietnam.

Vietnam juga merupakan pilar upaya Asia Tenggara untuk menyeimbangkan hubungan dengan China.

Latar belakang ini menjadikan Vietnam sebagai tujuan pilihan pemimpin Rusia tersebut.

Baca juga: Vladimir Putin Tiba di Vietnam Dini Hari Tadi dengan Membawa Rombongan Besar

“Putin berharap kunjungannya ke Vietnam memberi sinyal bahwa Rusia tidak lagi terisolasi di Asia di tengah perang dengan Ukraina,” kata Prashanth Parameswaran, peneliti di Wilson Center yang berbasis di Washington, DC.

“Meskipun kunjungan tersebut telah tertunda selama beberapa waktu dan dalam praktiknya daftar teman regional Rusia cukup sedikit,” tambah Parameswaran, yang juga pendiri buletin mingguan ASEAN Wonk.

Agenda

Dilansir The Guardian, Putin tiba di bandara Hanoi pada Kamis dini hari, dan disambut di karpet merah oleh Wakil Perdana Menteri Vietnam Tran Hong Ha dan diplomat utama partai Le Hoai Trung.

Presiden Vietnam, To Lam, mengatakan kedua negara ingin meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan, bagaimana menghadapi tantangan keamanan non-tradisional berdasarkan hukum internasional, demi perdamaian dan keamanan di kawasan dan dunia.

Di hari pertama pertemuan bilateral ini, To Lam dan Putin menandatangani 11 nota kerja sama di berbagai bidang termasuk proyek nuklir sipil, kerja sama energi dan bensin, pendidikan dan pencegahan penyakit.

Putin mengatakan kepada wartawan bahwa perundingan tersebut bersifat konstruktif dan bahwa kedua belah pihak memiliki posisi yang sama atau sangat dekat mengenai isu-isu utama internasional.

Setelah pertemuan dua hari ini digelar, kedua negara akan mengeluarkan pernyataan bersama dan sejumlah dokumen bilateral akan ditandatangani.

Seberapa kuat hubungan Vietnam-Rusia?

Hubungan antara kedua negara dimulai sejak Rusia masih menjadi Uni Soviet, yang merupakan pemasok senjata terbesar ke Vietnam, posisi yang masih dipegang oleh Rusia hingga saat ini, lapor Aljazeera.

Dukungan militer Uni Soviet sangat penting bagi Partai Komunis Vietnam selama peristiwa-peristiwa bersejarah yang penting, termasuk Perang Indochina Pertama dan Kedua melawan Perancis dan Amerika Serikat.

Namun hubungan keduanya melampaui lingkup militer.

Presiden Vietnam Tô Lâm memimpin upacara penyambutan resmi Presiden Rusia Vladimir Putin di Hanoi, yang diselenggarakan dengan protokol tertinggi yang diperuntukkan bagi para kepala negara, Kamis (20/6/2024).
Presiden Vietnam Tô Lâm memimpin upacara penyambutan resmi Presiden Rusia Vladimir Putin di Hanoi, yang diselenggarakan dengan protokol tertinggi yang diperuntukkan bagi para kepala negara, Kamis (20/6/2024). (VNA/VNS Photos)

“Mereka pernah berada di sisi sejarah yang sama, mereka memiliki ideologi yang sama melawan kapitalisme dan imperialisme Barat. Dan warisan ideologi bersama masih ada,” kata Huong Le Thu, wakil direktur program International Crisis Group untuk Asia.

Uni Soviet pernah menjadi tuan rumah bagi puluhan ribu mahasiswa Vietnam selama Perang Dingin, termasuk ketua Partai Komunis saat ini, Nguyen Phu Trong.

Arsitektur Hanoi juga memiliki sentuhan Soviet, seperti museum bapak pendiri Vietnam modern, Ho Chi Minh, dan Istana Budaya Persahabatan Vietnam-Soviet yang megah, yang dibangun pada akhir tahun 1970-an.

Bagaimana Sikap Vietnam tentang Perang Rusia-Ukraina?

Sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina pada tahun 2022, Vietnam secara resmi mengambil sikap netral.

Baca juga: Vladimir Putin Hadiahkan Sedan Mewah Aurus Senat L700 untuk Kim Jong Un, Harganya Rp 13 Miliar

“Vietnam telah berusaha untuk menciptakan keseimbangan yang hati-hati dalam perang di Ukraina dengan tidak mengganggu hubungan dengan Rusia sebagai mitra tradisionalnya dan juga memberikan isyarat bahwa Vietnam menganggap serius prinsip-prinsip seperti integritas teritorial,” kata Parameswaran.

Sebagai korban dari kekuatan pendudukan atau invasi yang besar – Amerika Serikat, Perancis, Jepang dan Tiongkok – selama 80 tahun terakhir, Vietnam menganggap kedaulatan dan integritas wilayah suatu negara tidak dapat diganggu gugat sebagai sebuah prinsip suci.

Pentingnya prinsip-prinsip tersebut adalah sesuatu yang telah berulang kali ditekankan oleh Vietnam pada pertemuan-pertemuan global yang membahas perang Ukraina.

Hal itu dinilai luas sebagai kritik terselubung terhadap perang Rusia, meskipun Vietnam tidak pernah mengutuk Rusia.

Selain itu, ada juga kesamaan sejarah dan tingkat simpati antara Vietnam dan Ukraina, yang juga dulunya merupakan bagian dari Uni Soviet, kata para analis.

Ukraina pernah memasok senjata ke Vietnam dan ikatan budaya menyebabkan banyak orang Vietnam belajar di Ukraina sehingga membentuk diaspora yang besar.

Vietnam telah memberikan bantuan kemanusiaan ke Ukraina melalui organisasi internasional selama perang.

Namun, Vietnam melewatkan pertemuan puncak perdamaian Ukraina pekan lalu dan abstain pada empat resolusi Majelis Umum PBB yang mengutuk invasi Rusia ke negara tetangganya.

Vietnam juga memilih menentang keluarnya Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

Puncak dari fleksibilitas tersebut, yang oleh beberapa ahli disebut sebagai “diplomasi bambu”, terjadi tahun lalu ketika Presiden AS Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping mengunjungi negara tersebut.

Bambu, yang tumbuh secara luas di Vietnam, dikenal karena kemampuannya untuk membengkok sesuai kebutuhan, tanpa patah, dan berfungsi sebagai metafora kebijakan luar negeri Vietnam.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved