Kamis, 2 Oktober 2025

Mungkinkah beras singkong jadi solusi krisis pangan?

Kala Indonesia berulang kali mengalami kelangkaan beras, masyarakat adat Cireundeu di Jawa Barat tak mengalami dampak sebab sejak…

BBC Indonesia
Mungkinkah beras singkong jadi solusi krisis pangan? 

Bermula dari simbol perlawanan terhadap kolonial Belanda, rasi kini model ketahanan pangan yang menjadi daya tarik wisatawan.

Pada 2019 silam, Kampung Cireundeu yang didiami sekitar 800 jiwa ini dinobatkan sebagai kampung wisata. Dua tahun kemudian, pada 2021, pemerintah pusat menetapkan rasi sebagai warisan budaya tak benda.

Penetapan sebagai kampung wisata juga menggerakkan roda ekonomi dengan dibukanya sentra oleh-oleh yang menjual berbagai produk olahan singkong. Aktivitas ekonomi ini melibatkan warga lokal yang sebagian besar adalah perempuan.

Sekitar sepuluh perempuan Cireundeu, termasuk Neneng, terlibat dalam pembuatan aneka penganan berbahan dasar singkong. Seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, semakin sibuk juga perempuan Cireundeu memproduksi aneka ragam oleh-oleh, berupa kuliner dan aksesoris.

Selain rasi, mereka membuat eggroll, dendeng kulit singkong, kue kering, dan ragam olahan lain yang semuanya berbahan dasar singkong. Dari kegiatan tersebut, perempuan Cireundeu bisa memperoleh penghasilan sendiri.

“Kami mendapat penghasilan Rp40.000 per hari, kerja 4-5 hari per minggu. Kalau omzet penjualan kurang lebih Rp15 juta hingga Rp25 juta per bulan. Kami merasa terbantu secara ekonomi sejak Cireundeu dinyatakan sebagai kampung wisata,” ucap Neneng.

Pada Kamis (25/04) silam, sekitar 50 pelajar SD Negeri 034 Patrokomala Bandung berkunjung ke Kampung Wisata Cireundeu. Salah satu guru, Arie Ramazansyah, beralasan dia ingin memperkenalkan pangan alternatif kepada siswanya, selain makanan yang dikonsumsi anak-anak tersebut tiap hari, seperti nasi, roti, dan makanan cepat saji.

“Kita mengajarkan anak-anak, ada loh makanan yang bisa kalian jadi bahan alternatif untuk dimakan, yaitu singkong dan juga bisa dibuat berbagai macam, ada rasi, eggroll,” ungkap Arie saat ditemui di lokasi.

Para siswa tampak antusias mempraktikkan cara membuat rasi dan eggroll atau kue semprong yang terbuat dari tepung singkong. Mereka juga diajari membuat wayang dari batang dan daun singkong.

Saat makan siang, guru dan siswa disuguhi rasi yang diolah seperti nasi goreng. Para pelajar secara langsung mendapat pengajaran soal alternatif pangan selain beras yang selama ini dikonsumsi masyarakat banyak.

Di sini saya bisa belajar bahwa singkong bisa jadi pengganti nasi karena katanya juga [tahun] 2050 bisa terjadi kehabisan beras. Jadi bisa digantikan dengan singkong. Saya juga belajar banyak barang-barang yang bisa dibuat dari singkong,” ujar salah satu siswa, Naysha Putri Apriliani.

“Dengan singkong bisa jadi nasi, jadi enggak usah pakai beras lagi, bisa pakai singkong. Mungkin nanti di masa depan kita makan singkong juga.”

Kunjungan wisatawan ini menjadi salah satu cara memperkenalkan rasi sebagai pangan alternatif, yang disebut sebagai upaya ketuk tular oleh masyarakat adat Cireundeu.

Sesepuh Kampung Cireundeu, Abah Widia, menerangkan ketuk adalah mengetuk hati wisatawan atau masyarakat di luar Cireundeu untuk menularkan ilmu rasi ke khalayak umum.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved