Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Tak Jua Menang, Israel Siap Gencatan Senjata Permanen: Negosiasi dengan Hamas Lanjut Pekan Depan

Setelah tujuh bulan perang tanpa satu pun hasil selain kehancuran Gaza, Dewan Perang Israel mulai membuka opsi gencatan senjata permanen dengan Hamas

khaberni/HO
Dewan Perang Israel yang terdiri dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan Kepala Staf Umum IDF, Herzi Halevi. Dewan Perang Israel ini dilaporkan mulai membuka opsi gencatan senjata permanan di Gaza dalam perang melawan gerakan pembebasan Palestina, Hamas. 

Tak Jua Menang, Israel Siap Gencatan Senjata Permanen: Negosiasi dengan Hamas Lanjut Pekan Depan

TRIBUNNEWS.COM - Direktur Badan Intelijen Mossad Israel, David Barnea, dilaporkan sudah kembali ke Israel setelah setelah bertemu dengan Direktur CIA, William Burns dan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani, di Paris, Perancis, Jumat (24/5/2024).

Axios melaporkan, mengutip seorang pejabat Israel, pada Sabtu (25/5/2024), menyatakan kalau Barnea, Burns, dan Sheikh Mohammed setuju melanjutkan pembicaraan negosiasi pertukaran para tahanan dengan gerakan pembebasan Palestina, Hamas.

Baca juga: Babak Belur di Jabalia, Batalyon 202 IDF Lihat Keanehan Petempur Brigade Al-Qassam di Gaza Utara

Laporan itu menyatakan bahwa ketiga pihak tersebut di Paris membahas sebuah formula baru yang memungkinkan dimulainya kembali perundingan untuk membebaskan para tahanan.

Laporan menyatakan bahwa diputuskan untuk melanjutkan negosiasi minggu depan sesuai dengan proposal baru yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar.

Dewan Perang Israel Siap Gencatan Senjata Permanen

Dilansir Khaberni, laporan media ibrani yang mengutip sumber-sumber keamanan Israel tingkat tinggi, menyatakan kalau Dewan Perang Israel siap untuk melaksanakan gencatan senjata permanen di Gaza.

"Sumber tersebut mengindikasikan bahwa untuk pertama kalinya, Dewan Perang Israel secara serius mengkaji kemungkinan tercapainya gencatan senjata permanen di Gaza," kata laporan tersebut.

Media Ibrani menunjukkan, jajak pendapat menunjukkan bahwa 67 persen warga Israel percaya bahwa pemerintah tidak berbuat banyak untuk memulangkan tahanan dari Gaza.

Otoritas Penyiaran Israel, KAN pada Sabtu meansir kalau seluruh pimpinan keamanan, termasuk menteri Kabinet Perang Israel dari partai oposisi, Benny Gantz dan Gadi Eisenkot mendukung pencapaian kesepakatan dengan Hamas.

Kedua mantan tokoh penting keamanan Israel yang kini menjadi politisi di Knesset (Parlemen) Israel tersebut menganggap kesepakatan dengan Hamas sudah sangat diperlukan sekarang.

Baca juga: Pejabat Senior Israel: Tentara IDF Kekurangan Amunisi dan Persenjataan, Israel Mungkin Kalah Perang

Dewan Perang Israel Netanyahu
Dewan Perang Israel yang terdiri dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan Kepala Staf Umum IDF, Herzi Halevi. Dewan Perang Israel ini dilaporkan mulai membuka opsi gencatan senjata permanan di Gaza dalam perang melawan gerakan pembebasan Palestina, Hamas.

Tak Capai Satu Pun Target Perang

Bola kesepakatan gencaan senjata kini akan kembali berada di tangan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang dikenal terus ingin perang berlanjut hingga 'kemenangan mutlak'.

Netanyahu didukung oleh partai-partai koalisi sayap kanan ultranasionalis yang mengancam akan membubarkan kabinet jika perang berhenti.

Namun, tekanan agar Israel berhenti berperang kini jauh lebih besar. 

Ketua Dewan Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi, mengakui pada Rabu (22/5/2024), kalau tentara negaranya belum mencapai satu pun target perang di Jalur Gaza.

Pengakuan itu dilontarkan dalam tinjauan situasi yang disajikan oleh Hanegbi saat pertemuan Komite Keamanan dan Luar Negeri di Knesset (Parlemen Israel), menurut program acara 'Israel Special' di Channel 13.

Baca juga: Pasukan Israel Merangsek Jauh ke Dalam Rafah, Badan PBB: Tak Ada Zona Aman di Gaza

Hanegbi berkata: “Kami tidak mencapai satu pun tujuan strategis perang. Kami tidak mencapai kesepakatan untuk memulangkan orang-orang yang diculik (tahanan Israel di Gaza), kami tidak menggulingkan Hamas, dan kami tidak mengizinkan penduduk Jalur Gaza untuk kembali ke rumah mereka dengan selamat.”

Baca juga: Media Israel: Mahkamah Internasional Bakal Kabulkan Afrika Selatan: Perintah Penghentian Perang

Pasukan Israel beroperasi di kawasan Timur Rafah, Gaza Selatan, 15 Mei 2024.
Pasukan Israel beroperasi di kawasan Timur Rafah, Gaza Selatan, 15 Mei 2024. (HandOut/Israel Defense Forces)

 Tidak Ada Target yang Tercapai

Dia juga melanjutkan: “Tentara Israel mengatakan bahwa masalah tersebut (untuk mencapai tujuan perang) akan memakan waktu yang sangat lama, bukan satu tahun, tetapi bertahun-tahun.”

Seperti diketahui, pada awal perang dahsyat yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza, pemerintahan Benjamin Netanyahu menetapkan tiga target atau tujuan perang, yaitu:

  • Melenyapkan Hamas secara militer dan militer
  • Memulangkan tahanan Israel yang disandera milisi Palestina di Gaza
  • Memastikan bahwa Gaza tidak menjadi ancaman bagi Israel di masa depan

Tujuh bulan atau tepatnya 229 hari setelah pecahnya perang, faksi-faksi milisi perlawanan Palestina secara nyata masih melancarkan konfrontasi sengit dengan pasukan tentara Israel di semua lini pertempuran, sehingga menimbulkan kerugian besar baik nyawa maupun peralatan.

Baca juga: 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah

Sementara itu, masih ada 128 tahanan Israel yang ditahan di Jalur Gaza, menurut perkiraan resmi pihak Israel, tanpa satu pun pasukan Israel dapat membebaskan mereka melalui cara militer kecuali melalui pertukaran sandera yang pernah terjadi pada November silam.

Meskipun beberapa warga Israel telah kembali ke pemukiman mereka di sekitar Jalur Gaza setelah diungsikan saat pecahnya perang, mereka mengeluhkan terus menerusnya penembakan roket dari Jalur Gaza.

Baca juga: Israel Diguncang 9.500 Roket Sejak 7 Oktober, Walikota Sderot Serukan Pemusnahan Total Gaza

Para pemukim Israel juga mengatakan bahwa mereka merasa tidak ada yang berubah sejak awal perang. menurut laporan yang diterbitkan pada Selasa oleh surat kabar Yedioth Ahronoth dari kota Sderot di Israel selatan.

Kepulan asap tampak membumbung di kawasan Galilea Atas, wilayah Palestina Utara yang diduduki Israel. Pada Kamis (23/5/2024), laporan menyebut, ada 30 rudal yang ditembakkan dari Lebanon Selatan ke Galilea Atas yang diduga diluncurkan milisi perlawanan Hizbullah sebagai bentuk dukungan bagi Gaza dan pembalasan atas agresi serangan udara Israel ke kota-kota mereka di perbatasan.
Kepulan asap tampak membumbung di kawasan Galilea Atas, wilayah Palestina Utara yang diduduki Israel. Pada Kamis (23/5/2024), laporan menyebut, ada 30 rudal yang ditembakkan dari Lebanon Selatan ke Galilea Atas yang diduga diluncurkan milisi perlawanan Hizbullah sebagai bentuk dukungan bagi Gaza dan pembalasan atas agresi serangan udara Israel ke kota-kota mereka di perbatasan. (khaberni/HO)

Di Front Utara Pun Gagal

Mengenai pertempuran di perbatasan dengan Lebanon, Hanegbi mengatakan: “Tidak ada tujuan yang jelas yang diidentifikasi dalam dewan perang mengenai wilayah utara.”

Ia juga menambahkan bahwa untuk front ini, “tidak ada tanggal (untuk berakhirnya pertempuran) dan tidak ada tujuan strategis.”

Sejak 8 Oktober 2023, faksi-faksi perlawanan Lebanon, termasuk Hizbullah dan milisi perlawanan Palestina di Lebanon telah saling melakukan konfrontasi setiap hari dengan tentara Israel.

KOnfrontasi di perbatasan ini melintasi “Garis Biru”, yang mengakibatkan ratusan kematian dan cedera, sebagian besar dari mereka berada di pihak Lebanon.

Faksi-faksi milisi perlawanan tersebut mengatakan kalau serangan mereka terhadap Israel dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza.

Baca juga: Israel Colek Rafah, Hizbullah Lebanon Hajar Pangkalan Golan, Perlawanan Irak Serang Pangkalan Eilat

Seorang tentara Israel beristirahat di samping peluru artileri di lokasi yang dirahasiakan di Israel utara yang berbatasan dengan Lebanon pada 8 Oktober 2023. Pertempuran antara pasukan Israel dan kelompok militan Palestina Hamas berkecamuk pada 8 Oktober, dengan ratusan orang tewas di kedua belah pihak setelah serangan mendadak ke Israel mendorong Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memperingatkan bahwa mereka
Seorang tentara Israel beristirahat di samping peluru artileri di lokasi yang dirahasiakan di Israel utara yang berbatasan dengan Lebanon pada 8 Oktober 2023. Pertempuran antara pasukan Israel dan kelompok militan Palestina Hamas berkecamuk pada 8 Oktober, dengan ratusan orang tewas di kedua belah pihak setelah serangan mendadak ke Israel mendorong Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memperingatkan bahwa mereka "memulai perang yang panjang dan sulit". (JALAA MAREY / AFP) (AFP/JALAA MAREY)

Sejak tanggal 7 Oktober lalu, Israel telah melancarkan perang dahsyat di Gaza, menyebabkan lebih dari 115.000 warga Palestina tewas dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan sekitar 10.000 orang hilang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang merenggut nyawa anak-anak dan orang tua.

Israel terus melanjutkan perang meskipun banyak korban sipil, dan meskipun Pengadilan Kriminal Internasional bermaksud mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional terhadap Perdana Menterinya, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanannya, Yoav Galant, atas tanggung jawab mereka atas “kejahatan perang” dan "kejahatan terhadap kemanusiaan.”

(oln/khbrn/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved