Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Siapkan Kejutan Besar, Hamas: Operasi Israel Apa Pun di Rafah Tidak Akan Jadi Piknik Buat IDF

Hamas dalam pernyataannya menekankan kalau operasi militer apa pun di Rafah tidak akan menjadi “piknik” bagi tentara pendudukan Israel.

khaberni
Seorang petempur Hamas, membawa panji kebesaran gerakan tersebut. Hamas menyatakan siap menyambut Pasukan Israel dengan perlawanan keras demi membela Rakyat Palestina saat IDF masuk menyerbu Rafah. 

Ia menegaskan kembali bahwa perjanjian apa pun harus menghasilkan “gencatan senjata permanen dan pemenuhan tuntutan rakyat kami.”

“Kepemimpinan gerakan ini berada dalam tahap konsultasi internal dan faksi setelah putaran terakhir perundingan di Kairo,” kata Qanou.

Hamas berupaya mengakhiri perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, dan rekonstruksi jalur tersebut dengan imbalan tawanan Israel yang ditahan Hamas di Gaza.

Israel bersikeras hanya melakukan gencatan senjata sementara sebagai imbalan atas pembebasan tawanan Israel.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan serangan darat di Rafah akan “menyebabkan kematian” bagi operasi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Pada hari Senin, seorang pejabat Program Pangan Dunia menyatakan bahwa sebagian wilayah Gaza berada dalam “kelaparan besar-besaran.”

Para pemimpin asing memperingatkan akan adanya invasi Israel ke Rafah di tengah perintah evakuasi, menurut laporan Reuters.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan “sama sekali tidak dapat diterima” jika Israel menyerang Rafah.

Para menteri luar negeri dari 26 negara anggota UE meminta Netanyahu untuk tidak melancarkan invasi, dengan mengatakan hal itu akan “memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah menimbulkan bencana.”

Para pejabat Mesir mengatakan bahwa penyitaan militer Israel di perbatasan Gaza-Mesir atau tindakan apa pun untuk memaksa warga Palestina masuk ke Mesir akan mengancam perjanjian perdamaian yang ditandatangani Mesir dengan Israel pada tahun 1979.

Warga Palestina di Rafah, sebaliknya, mengungkapkan ketakutan mereka terhadap apa yang akan terjadi.

Nidal Alzaanin, yang bekerja untuk kelompok bantuan internasional dan mengungsi ke Rafah dari Beit Hanoun di utara pada awal perang, mengatakan kepada Associated Press bahwa orang-orang takut meninggalkan Rafah karena pasukan Israel dan drone penembak jitu menembak dan membunuh banyak warga Palestina. warga sipil saat mereka bergerak selama perintah evakuasi sebelumnya.

Alzaanin mengatakan dia telah menyiapkan dokumen dan mengemas beberapa barang tetapi harus menunggu 24 jam untuk melihat apa yang dilakukan orang lain sebelum berangkat. Dia bilang dia punya teman di Khan Yunis yang dia harap bisa mendirikan tenda untuk keluarganya.

Sahar Abu Nahel, yang mengungsi ke Rafah bersama 20 orang keluarganya, bertanya, “Ke mana saya akan pergi? Saya tidak punya uang atau apa pun. Saya sangat lelah, begitu pula anak-anak [saya]. Mungkin lebih terhormat jika kita mati. Kami sedang dipermalukan,” katanya sambil menangis. Suaminya telah diculik oleh Israel, dan putranya hilang.

4 Tentara Israel yang Siap Menyerang Rafah, Tewas

Roket Brigade Al Qassam berhasil membunuh tentara Israel yang sedang mempersiapkan diri untuk serangan ke tempat warga Gaza mengungsi di Rafah.

Empat tentara di lokasi militer dekat penyeberangan Kerem Shalom tewas ketika mereka menjaga tank yang akan digunakan untuk operasi Israel mendatang di Rafah.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved