Ramadan di Jerusalem: ‘Kami hanya memikirkan Gaza'
Umat Islam bersiap merayakan Idulfitri yang menandai akhir bulan suci Ramadan, namun tahun ini perang di Gaza telah membayangi persiapan…
Meskipun demikian, penjaga yang ditempatkan di luar telah mengizinkan pengunjung dari segala usia. Puluhan ribu orang telah berkumpul untuk beribadah di tempat yang mereka yakini sebagai tempat Nabi Muhammad SAW naik ke surga.
Ilham sendiri masuk tanpa kesulitan.
Dia menemukan sebuah tempat di lantai di luar Dome of the Rock alias Baitul Maqdis, sebuah bangunan berkubah dan berlapis mosaik di tengah kompleks Al-Aqsa. Dia duduk di antara ribuan jemaah yang bersiap memulai salat zuhur.
Imam memulai dengan khotbah. Hanya satu hal yang ada di pikirannya.
“Rasa dingin yang kejam, embun beku yang mematikan, pemandangan jasad-jasad, dan pancuran darah dari tanah kami tercinta, Gaza… Kami berlindung kepada Tuhan dari hati yang sekeras batu atau bahkan lebih keras, tanpa rasa kasih sayang, belas kasihan, dan kemanusiaan. Untuk Anda, Gaza, semoga Tuhan menolongmu."
Semua orang berdoa untuk Gaza. Hal ini telah menjadi bentuk perlawanan. Beberapa umat Islam khusus berpuasa tahun ini untuk sesama warga Palestina.
Prof Mustafa Abu Sway, yang mengajar di masjid tersebut, mengatakan umat Islam di Jerusalem Timur sangat sedih.
“Ramadan adalah bulan spiritualitas, introspeksi, amal dan kepedulian terhadap saudara dan saudari kita dalam kemanusiaan. Selagi kita terus melakukan yang terbaik, Ramadan ini ditandai dengan genosida di Gaza di mana semua serbakekurangan kecuali kematian, kelaparan dan kesakitan. "
Israel mengatakan bahwa tuduhan genosida adalah hal yang "keterlaluan" dan mereka mempunyai "komitmen yang teguh" terhadap hukum internasional.
Saat berjalan kaki pulang, Ilham melalui kios-kios pasar yang menghiasi gang-gang di kawasan Muslim Kota Jerusalem.
Saat dia memasuki lingkungannya, sejumlah besar karya seni menghiasi dinding bata. Salah satu lukisan menunjukkan garis besar benua Afrika dengan peta Palestina menempel ke Mesir – seperti puzzle yang pas. Sketsa tipis Baitul Maqdis berada di atasnya.
Dia tiba di rumah tepat pada waktunya untuk berbuka puasa bersama keluarga, termasuk paman dan bibinya. Rumahnya sibuk dan obrolan didominasi oleh ibu dan bibinya.
Pembicaraan terus beralih dari berita ke isu-isu sosial, semisal kegiatan sehari-hari mereka, kebiasaan beribadah, hingga perang di Gaza. Bibi Ilham berkomentar: "Ya Tuhan, kami makan, di bawah satu atap. Ya Tuhan, di sini kami bersama, hangat."
Pada Idulfitri tahun ini, anggota komunitas Palestina keturunan Afrika mengatakan mereka menunjukkan solidaritas dengan masyarakat di Gaza. Oleh karena itu, perayaan ini hanya akan dirayakan secara nama saja.
“Tidak ada kebahagiaan,” kata Ilham. “Kami belum mendekorasi rumah kami, tidak ada pengunjung. Hanya unsur spiritual dan ritual Ramadan yang tersisa.”
Reportase tambahan: Yasmin Ayyad
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.