Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Muka Dua Negara Barat: Tetap Kirim Senjata untuk Israel Meski Ngaku Khawatir pada Warga di Gaza

Sejumlah negara Barat masih terus memasok senjata untuk Israel, meski mereka mengaku khawatir atas krisis kemanusiaan di Gaza akibats serangan Zionis.

Francois Mori / KOLAM RENANG / AP / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau (kanan) menghadiri upacara di Arc de Triomphe di Paris pada 11 November 2018 sebagai bagian dari peringatan 100 tahun gencatan senjata 11 November 1918, yang mengakhiri Perang Dunia I. - Sejumlah negara Barat masih terus memasok senjata untuk Israel, meski mereka mengaku khawatir atas krisis kemanusiaan di Gaza akibats serangan Zionis. 

TRIBUNNEWS.com - Muka dua ditunjukkan negara-negara Barat.

Selagi memperdebatkan sejauh mana Israel menghambat bantuan kemanusiaan Gaza, mereka juga masih terus mengirim bantuan senjata untuk militer Benjamin Netanyahu.

Sejak serangan tanpa henti ke Gaza berlangsung pada 7 Oktober 2023, jumlah senjata yang masuk ke Israel telah meningkat.

Sebagian besar senjata-senjata itu digunakan untuk meratakan wilayah Gaza, serta membunuh, melukai, dan menggusur warga Palestina.

"Di satu sisi, kita punya kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar. Di sisi lain, kita terus-menerus memasok senjata ke negara Israel, yang menjadi penyebab (meningkatnya kebutuhan kemanusiaan di Gaza) itu," kata Direktur Advokasi Krisis di Human Rights Watch (HRW), Akshaya Kumar, dikutip dari AlJazeera.

Meskipun "negara-negara Barat baru-baru ini berusaha keras mendesak Israel agar mengakui kesalahannya atas penderitaan di Gaza, kami tidak melihat adanya penguruangan aliran senjata dari negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat (AS), Jerman, dan sekitarnya," lanjut Kumar.

Diketahui, negara-negara pemasok utama senjata Israel juga berfokus mengirim bantuan kepada warga Gaza di Palestina.

Presiden AS, Joe Biden, dalam pidato kenegaraannya tahun ini, mengumumkan pembentukan koridor maritim yang menurutnya memungkinkan untuk melewati Israel dan mengirimkan bantuan ke Gaza.

Fakta di Lapangan

Kendati beberapa negara telah menangguhkan ekspor senjata ke Israel sehubungan serangan Zionis ke Gaza, beberapa negara masih memasok sejumlah besar senjata untuk pasukan Netanyahu.

AS menjadi negara donatur terbesar untuk militer Israel dengan kontribusi tahunan mencapai 3,8 juta dolar AS.

Tak hanya itu, pada Februari 2024 lalu, AS menyetujui bantuan tambahan untuk Israel senilai 14 juta dolar AS.

Baca juga: Brigade Al-Qassam Rilis Video Penembakan Perwira Elite IDF yang Pimpin Penyerbuan RS Al-Shifa

Menurut Stockholm Institute for Peace, AS menyediakan 69 impor senjata Israel.

Tetapi, laporan rahasia baru-baru ini kepada Kongres AS, yang dilaporkan oleh Washington Post, menunjukkan bahwa angka itu mungkin belum seluruhnya.

Adanya celah hukum dalam Undang-Undang Pengendalian Ekspor Senjata AS, yang mengatur ekspor dan penggunaan akhir senjata yang dikirim dari AS, hanya mencatat paket dengan nilai tertentu yang memerlukan pengawasan Kongres, yang berarti "paket-paket" di bawah nilai sesuai ketentuan UU tersebut sering kali lolos.

Sejauh ini, dilaporkan, sekitar 100 pengiriman senjata terjadi tanpa catatan publik, sehingga menyebabkan keributan di kalangan kelompok masyarakat sipil.

"Dengan penjualan dan transfer senjata yang berada di bawah ambang batas, kita hanya memiliki sedikit informasi mengenai amunisi apa yang dikirimkan, ini adalah sebuah lubang hitam,” komentar Direktur Security Assistance Monitor di Center for International Policy yang berbasis di AS, Ari Tolany.

"Demikian pula, meski pemerintah Israel mengklaim mereka bisa meyakinkan Biden bahwa senjata-senjata itu digunakan sesuai HHI (Hukum Kemanusiaan Internasional), tapi bukti dari Gaza menunjukkan omongan Israel hanyalah omong kosong."

AS sendiri bersikukuh mereka bertindak sesuai ketentuan hukum.

Sementara itu, ekspor senjata Jerman ke Israel juga meningkat.

Berlin mengirimkan persenjataan senilai 350 juta dolar AS.

Jumlah itu meningkat 10 kali lipat dibandingkan tahun 2022, yang sebagian besar disetujui setelah Operasi Banjir Al-Aqsa oleh Hamas.

Baca juga: Mesir Mengatakan AS Harus Mengirim Pesan kepada Israel Tentang Konsekuensi Serangan Israel ke Rafah

Negara-negara lain, seperti Australia, Kanada, Prancis, dan Inggris, semuanya disebutkan dalam laporan PBB pada Februari lalu, sebagai negara yang terus memasok senjata untuk Israel.

Menanggapi pertanyaan AlJazeera mengenai tanggung jawab mempersenjatai Israel saat serangan ke Gaza, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS menulis, "Belum ada kepastian bahwa Israel telah melakukan genosida, termasuk (keputusan) di ICJ (Mahkamah Internasional."

Dalam beberapa minggu terakhir, Inggris dan negara-negara lain diketahui telah mengirim bantuan sehubungan dengan krisis kemanusiaan yang dilaporkan dan semakin meningkat di Gaza.

Tapi, mereka juga tetap menjalankan bisnis seperti biasa sambil menyatakan kekhawatiran bahwa senjata yang terus mereka pasok bisa saja digunakan dalam serangan yang akan datang terhadap Rafah, tempat 1,4 juta warga Palestina berlindung.

Daftar negara penyumbang senjata terbesar untuk Israel:

  1. Amerika Serikat
  2. Jerman
  3. Inggris
  4. Kanada
  5. Australia
  6. Prancis

Sejumlah Negara Tangguhkan Ekspor ke Israel

Meski banyak negara Barat terus memasok senjata untuk Israel, negara-negara yang dulu juga mengekspor tampaknya sadar bahaya hukum jika mereka terus 'membantu' Netanyahu.

Tak lama setelah serangan terhadap Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, Italia dan Spanyol menghentikan pengiriman senjata ke Israel, meski Spanyol terus menyediakan amunisi untuk "pajangan".

Pemerintah daerah Wallon di Belgia, serta Perusahaan Itochu di Jepang, juga telah mengumumkan mereka menghentikan ekspor senjata ke Israel.

Berikut daftar negara yang menghentikan ekspor senjata ke Israel:

  1. Belanda
  2. Belgia
  3. Jepang
  4. Italia
  5. Spanyol

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved