Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Sebut IDF Alami Hari Paling Kelam, 21 Tentara Tewas dalam Serangan Mematikan Hamas

Tentara Israel sebut sebanyak 21 tentara tewas di Jalur Gaza dalam serangan paling mematikan dalam 3 bulan perang melawan Hamas.

Tentara Israel / AFP
Gambar selebaran yang dirilis oleh tentara Israel pada 22 Januari 2024 ini menunjukkan tentara Israel beroperasi di Jalur Gaza di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menghadapi serangan paling mematikan sejak perang 7 Oktober dimulai di Jalur Gaza.

IDF menyebut, sebanyak 21 tentara tewas di Jalur Gaza dalam serangan mematikan Hamas pada Senin (22/1/2024).

Ketika itu, pasukan cadangan IDF tengah mempersiapkan bahan peledak untuk menghancurkan dua bangunan di Gaza tengah pada Senin.

Namun, tiba-tiba militan Hamas menembakkan granat berpeluncur roket ke sebuah tank di dekatnya.

Dikutip dari Arab News, serangan Hamas ini memicu ledakan yang menyebabkan kedua bangunan dua lantai itu runtuh menimpa tentara di dalamnya.

Banyaknya korban jiwa dapat menambah momentum baru bagi seruan kepada Israel untuk menghentikan serangan atau bahkan menghentikannya sama sekali.

Dengan banyaknya korban dari Israel telah memberikan tekanan pada pemerintah untuk menghentikan operasi militer di masa lalu.

"Kemarin kami mengalami salah satu hari tersulit sejak perang meletus," kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dikutip dari Reuters.

"Atas nama pahlawan kami, demi hidup kami, kami tidak akan berhenti berjuang hingga kemenangan mutlak," lanjutnya.

Banyaknya korban tewas tentara Israel dalam pertempuran terjadi pada saat Israel sendiri mulai merasakan ketidakpuasan terhadap strategi perang Netanyahu.

Sejak pekan lalu, Netanyahu telah bersumpah untuk tidak akan membiarkan Palestina memiliki negara merdeka.

Baca juga: PM Israel Tolak Permintaan Hamas untuk Akhiri Perang

Pernyataan ini berbeda jauh dengan sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), yang telah mempertimbangkan proses perdamaian yang pada akhirnya mengarah pada negara Palestina sebagai landasan kebijakan Timur Tengahnya selama beberapa dekade.

Kerabat para sandera yang masih ditahan di Gaza menyerukan upaya lebih besar untuk memulangkan mereka, bahkan jika hal itu berarti mengekang kampanye militer.

Sekelompok dari mereka menyerbu ke dalam sidang komite parlemen pada hari Senin.

Pekan lalu, seorang anggota kabinet perang Netanyahu, mantan kepala staf militer Gadi Eisenkot, yang anak prajuritnya tewas dalam serangan darat di Gaza, mengatakan kampanye tersebut belum mencapai tujuannya untuk membubarkan Hamas.

Dia menyerukan pemilihan umum yang cepat untuk menggantikan pemerintahan yang menurutnya telah kehilangan kepercayaan publik.

Konflik tersebut disertai dengan peningkatan kekerasan di tempat lain di Timur Tengah, terutama di mana kelompok bersenjata yang bersekutu dengan musuh bebuyutan Israel, Iran, beroperasi, termasuk Lebanon, Irak, Suriah, dan Yaman.

Gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran, yang menguasai sebagian besar wilayah berpenduduk Yaman, telah menyerang kapal-kapal di Laut Merah yang disebutnya sebagai dukungan untuk Gaza.

AS dan Inggris, yang telah menyerang Houthi bulan ini, kembali melancarkan serangan udara semalam.

Baca juga: Hizbullah Gagalkan Serangan Israel ke Lebanon, Kumpulan IDF Dirudal hingga Tewas

Lusinan Warga Gaza Tewas

Serangan Israel di Khan Younis Gaza 2145426789124235362431515
Gambar yang diambil dari Rafah menunjukkan asap mengepul di atas Khan Yunis di Jalur Gaza selatan selama pemboman Israel pada 22 Januari 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.

Serangan yang menewaskan tentara tersebut terjadi sekitar 600 meter dari perbatasan di Maghazi, salah satu dari tiga kamp pengungsi yang dibangun di Gaza tengah sejak perang tahun 1948 seputar pembentukan Israel.

Operasi darat telah difokuskan di kamp-kamp tersebut, serta Kota Khan Younis di selatan, setelah Israel mengklaim telah mengalahkan Hamas di Gaza utara dalam operasi yang menyebabkan kerusakan luas di bagian wilayah tersebut, termasuk Kota Gaza.

Lusinan warga Palestina tewas pada hari Senin dalam pertempuran sengit di Khan Younis, di mana orang-orang menggali kuburan di halaman Rumah Sakit Nasser di kota itu ketika para staf berjuang untuk menangani sejumlah besar orang yang terluka, termasuk anak-anak.

Dikutip dari Arab News, jaringan internet dan telepon terputus pada hari Senin untuk yang ke-10 kalinya selama perang.

Terputusnya jaringan ini menimbulkan tantangan lain bagi para petugas tanggap darurat dan membuat orang-orang tidak dapat menjangkau orang-orang terkasih di berbagai wilayah di Gaza.

Baca juga: Israel Serang Khan Yunis, 8000 Orang Terjebak di Dalam Rumah Sakit Al-Amal, IDF Juga Sasar Kuburan

Israel yakin para komandan Hamas mungkin bersembunyi di kompleks terowongan yang luas di bawah Khan Younis, kampung halaman pemimpin utama kelompok itu di Gaza, Yahya Sinwar.

Para pemimpin Hamas juga diyakini menggunakan sandera sebagai tameng manusia, sehingga semakin mempersulit upaya penyelamatan.

Meningkatnya angka kematian dan situasi kemanusiaan yang mengerikan telah menyebabkan meningkatnya tekanan internasional untuk mengurangi serangan.

Selain itu, muncul persetujuan untuk merundingkan pembentukan negara Palestina setelah perang, yang mana hal itu ditolak oleh Netanyahu.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved