Konflik Palestina Vs Israel
Israel Sebut IDF Alami Hari Paling Kelam, 21 Tentara Tewas dalam Serangan Mematikan Hamas
Tentara Israel sebut sebanyak 21 tentara tewas di Jalur Gaza dalam serangan paling mematikan dalam 3 bulan perang melawan Hamas.
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menghadapi serangan paling mematikan sejak perang 7 Oktober dimulai di Jalur Gaza.
IDF menyebut, sebanyak 21 tentara tewas di Jalur Gaza dalam serangan mematikan Hamas pada Senin (22/1/2024).
Ketika itu, pasukan cadangan IDF tengah mempersiapkan bahan peledak untuk menghancurkan dua bangunan di Gaza tengah pada Senin.
Namun, tiba-tiba militan Hamas menembakkan granat berpeluncur roket ke sebuah tank di dekatnya.
Dikutip dari Arab News, serangan Hamas ini memicu ledakan yang menyebabkan kedua bangunan dua lantai itu runtuh menimpa tentara di dalamnya.
Banyaknya korban jiwa dapat menambah momentum baru bagi seruan kepada Israel untuk menghentikan serangan atau bahkan menghentikannya sama sekali.
Dengan banyaknya korban dari Israel telah memberikan tekanan pada pemerintah untuk menghentikan operasi militer di masa lalu.
"Kemarin kami mengalami salah satu hari tersulit sejak perang meletus," kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dikutip dari Reuters.
"Atas nama pahlawan kami, demi hidup kami, kami tidak akan berhenti berjuang hingga kemenangan mutlak," lanjutnya.
Banyaknya korban tewas tentara Israel dalam pertempuran terjadi pada saat Israel sendiri mulai merasakan ketidakpuasan terhadap strategi perang Netanyahu.
Sejak pekan lalu, Netanyahu telah bersumpah untuk tidak akan membiarkan Palestina memiliki negara merdeka.
Baca juga: PM Israel Tolak Permintaan Hamas untuk Akhiri Perang
Pernyataan ini berbeda jauh dengan sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), yang telah mempertimbangkan proses perdamaian yang pada akhirnya mengarah pada negara Palestina sebagai landasan kebijakan Timur Tengahnya selama beberapa dekade.
Kerabat para sandera yang masih ditahan di Gaza menyerukan upaya lebih besar untuk memulangkan mereka, bahkan jika hal itu berarti mengekang kampanye militer.
Sekelompok dari mereka menyerbu ke dalam sidang komite parlemen pada hari Senin.
Pekan lalu, seorang anggota kabinet perang Netanyahu, mantan kepala staf militer Gadi Eisenkot, yang anak prajuritnya tewas dalam serangan darat di Gaza, mengatakan kampanye tersebut belum mencapai tujuannya untuk membubarkan Hamas.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.