Apa untungnya mempolitisasi kasus Rohingya di Aceh? ‘Ini masih isu kemanusiaan, bukan isu populis’
Calon Presiden Prabowo Subianto ditengarai memanfaatkan polemik Rohingya, namun tim pemenangannya membantahnya. Pihaknya menegaskan…
Gelombang penolakan sebagian warga Aceh terhadap Rohingya juga, “Tidak menjadi sesuatu yang alamiah dalam konteks masyarakat Aceh,” kata Dosen Fakultas ilmu sosial dan politik di Universitas Malikussaleh, Teuku Kemal Fasya.
“Karena masyarakat Aceh punya sentimen etnosentrisme yang tinggi, misalnya orang Rohingya sesama Muslim yang ditindas oleh rezim junta militer di Myanmar. Jadi sudah seharusnya masyarakat Aceh itu ikut menolong,” kata Kemal Fasya kepada BBC News Indonesia.
Lebih lanjut, Kemal menilai polemik Rohingya lebih menguntungkan kubu capres Prabowo karena pernyataannya yang ia sebut “populis”.
Populisme dalam konteks kampanye politik yaitu upaya seseorang mencari simpati pemilih dengan dalih kepentingan rakyat kecil.
“Dia memainkan isu populis yang mudah dicerna, dimakan oleh publik,” kata Kemal.
Sementara kubu capres Ganjar-Mahfud lebih menekankan menerima pengungsi Rohingya untuk ditampung sementara atas dasar kemanusiaan.
Begitupun kubu Anies-Muhaimin yang mewacanakan semacam tempat penampungan sementara agar "mereka terlindungi, tapi masyarakat [Indonesia] tidak terganggu," sebagaimana dikutip dari Kompas.
Menurut Kemal, sikap dua kubu terhadap Rohingya ini bisa tergerus elektoralnya jika polemik Rohingnya terus “jadi gorengan politik”.
Guru Besar Universitas Syiah Kuala, Profesor Ahmad Humam Hamid melihat berbagai kemungkinan dalam polemik Rohingya, terutama kompetisi Prabowo dan Mahfud MD dalam satu kabinet yang keduanya punya kepentingan dalam pilpres. Keduanya membidangi isu keamanan nasional.
“Persoalannya adalah siapa mempermalukan siapa,” kata Ahmad Humam.
Di satu sisi, Mahfud MD bisa terjebak dengan tuduhan tidak becus mengurus pengungsi. Di sisi lain, Prabowo juga bisa kena tuduhan tidak bisa mengurus keamanan teritorial yang menjadi tugasnya.
“Apakah ini menjadi indikator kemampuan atau ketidakmampuan calon pemimpin bangsa mengurus republik ini dalam konteks pengungsi yang sudah mendunia, tidak hanya Rohingya?” katanya bertanya-tanya.
Bagaimanapun, menurut Profesor Humam ruang kaitan polemik Rohingya dengan pilpres “itu ada”. Sebab di lapangan, ia menduga terjadi pengorganisiran suara penolakan terhadap pengungsi.
Salah satu yang ia perhatikan adalah sebuah spanduk penolakan terhadap pengungsi Rohingya yang diduga kuat bukan dibuat oleh warga karena salah tulis.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.