Lima alasan Myanmar geser Afghanistan jadi produsen opium terbesar di dunia
Untuk pertama kalinya, Myanmar menjadi produsen opium terbesar di dunia pada 2023 sekaligus menggeser posisi Afghanistan, berdasarkan…
Jumlah itu memang lebih kecil ketimbang produksi tertinggi yang pernah dicapai Afghanistan, yaitu hingga 6.200 ton pada 2022.
Namun, angka produksi Myanmar tetap yang tertinggi tahun ini. Publik internasional pun khawatir produksi di Myanmar akan kian melesat karena ketidakstabilan yang berlarut di negara itu.
3. Harga opium meningkat
Larangan menanam bunga poppy di Afghanistan memicu kenaikan harga opium.
Merujuk pada data PBB, harga rata-rata opium yang dibayarkan ke petani sekitar US$355 per kilogram, naik 75 persen dari 2022.
Kenaikan harga ini membuat para petani di Myanmar tergiur di tengah kemerosotan ekonomi akibat pandemi Covid-19 dan perang berkepanjangan.
Kekurangan pasokan global juga menyebabkan permintaan opium dari Segitiga Emas semakin tinggi.
4. Petani tak punya pilihan
Di Myanmar sebenarnya sudah muncul upaya-upaya untuk memangkas produksi opium, salah satunya dengan memperkenalkan tanaman lainnya yang bisa dijual, seperti tebu, karet, dan buah-buahan.
Namun, produksi tanaman-tanaman tersebut lebih sulit ketimbang bunga poppy. Tanaman alternatif itu juga lebih sulit dibawa dari kawasan-kawasan terpencil ke pasar.
Sementara itu, pembeli opium biasanya langsung berkunjung ke tempat penanaman untuk membeli bunga poppy. Dengan demikian, ongokos transportasi yang mahal bisa dipangkas.
Petani semakin tergiur karena sejak kudeta pecah, bantuan internasional dan pendanaan asing lainnya berkurang ke Myanmar. Akibatnya, sumber pemasukan alternatif bagi petani miskin juga semakin susah.
Keburukan rekam jejak hak asasi manusia dan akuntabilitas junta militer juga membuat bantuan internasional untuk membabat produksi bunga poppy dan narkoba di Myanmar juga sangat terbatas.
5. Penegakan hukum yang kurang di Segitiga Emas
Kawasan Segitiga Emas sudah berpuluh tahun dikenal sebagai pusat kejahatan transnasional global, termasuk produksi obat-obatan sintetis, perdagangan senjata ilegal, judi, penyelundupan manusia, dan penipuan online.
Kawasan pegunungan yang terpencil di area itu juga memiliki celah perbatasan, membuat para pelaku kriminal lebih mudah melakukan perbuatan melanggar hukum.
Konsentrasi militer Myanmar sendiri saat ini sedang terpecah akibat keterpurukan negara itu di berbagai lini akibat kudeta.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.