Jumat, 3 Oktober 2025

Lima alasan Myanmar geser Afghanistan jadi produsen opium terbesar di dunia

Untuk pertama kalinya, Myanmar menjadi produsen opium terbesar di dunia pada 2023 sekaligus menggeser posisi Afghanistan, berdasarkan…

BBC Indonesia
Lima alasan Myanmar geser Afghanistan jadi produsen opium terbesar di dunia 

Untuk pertama kalinya, Myanmar menjadi produsen opium terbesar di dunia pada 2023 sekaligus menggeser posisi Afghanistan, berdasarkan survei teranyar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sejak lama, negara itu memang dikenal sebagai bagian dari Segitiga Emas - jalur perdagangan narkoba besar-besaran di antara Myanmar, Thailand, dan Laos.

Kawasan itu terkenal sebagai daerah penghasil bunga poppy yang kemudian dapat diekstrak menjadi opium, bahan kunci pembuatan heroin.

Berikut lima alasan negara yang sedang didera konflik tersebut dapat menempati posisi wahid sebagai produsen opium terbesar di dunia.

1. Perang sipil yang kian parah

Sejak merdeka dari penjajahan Inggris pada 1948, pemerintah pusat Myanmar terus berkonflik dengan kelompok-kelompok etnis minoritas yang tinggal di kawasan perbukitan di perbatasan negara tersebut.

Pada 2021, kondisi makin parah karena kudeta militer. Sejak saat itu, militer terus menyerang warga sipil yang menggelar demonstrasi pro-demokrasi.

Aktivis-aktivis oposisi lantas menyatukan kekuatan dengan kelompok etnis bersenjata di perbatasan Myanmar dengan Thailand, China, dan India.

Mereka membentuk gabungan kelompok bersenjata di bawah payung Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF).

Sementara itu, sejumlah sayap bersenjata dari kelompok etnis lainnya, seperti Karen, Kachin, Karenni, dan Chin, memutuskan untuk bergabung dengan Pemerintahan Persatuan Nasional (NUG).

NUG sendiri merupakan pemerintahan tandingan bentukan pemerintah yang dikudeta militer pada 2021. Sayap militer NUG juga disebut sebagai PDF.

Tiga tahun setelah kudeta pecah, kedua PDF itu sudah menjadi pasukan bersenjata dengan kekuatan besar, membuat konsentrasi militer terpecah.

Pengawasan militer pun berkurang di sejumlah daerah, termasuk Negara Bagian Shan, kawasan di dekat perbatasan China dan Thailand yang selama ini dikenal sebagai produsen opium terbesar di dunia.

2. Larangan opium di Afghanistan

Sejak Taliban melarang penanaman bunga poppy pada April 2022, produksi opium di Afghanistan pun menurun drastis.

Survei Opium Afghanistan pada 2023 menunjukkan produksi opium di negara itu merosot 95 persen dari 6.200 ton pada 2022 ke 333 ton di 2023.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved