Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Bikin Runyam Masterplan AS dan Israel: Arab Saudi Malah Mendekat ke Iran, Perang Tanpa Arah
Hamas tidak hanya berhasil memberikan pukulan terbesar terhadap tentara Israel dalam sejarahnya namun juga merusak rencana besar AS di Timur Tengah
"Pemerintah AS sama sekali tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi sejak 7 Oktober, tidak ada permintaan maaf atas kebohongan mereka, tidak ada perubahan dalam strategi dan tidak ada pengakuan atas peran yang dimainkan Washington dalam menciptakan situasi di Gaza dalam serangan menghancurkan dengan dalil memburu Hamas," sambung ulasan tersebut.
Pertanyaan sebenarnya sekarang adalah: Ke mana arah perang ini akan melangkah setelah berakhir?
"Israel berperang tanpa tujuan di Gaza dan terus membunuh ribuan warga sipil Palestina, tidak ada tanda-tanda kekalahan Hamas dan situasi kemanusiaan, yang digambarkan sebagai “yang terburuk” oleh Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths, semakin memburuk," kata Inlakesh.

Ciptakan Potensi Perang Besar di Kawasan
Alih-alih sukses memberangus Hamas, aksi militer Israel justru akan memicu terjadinya perang regional jika serangan Israel meningkat terhadap Gaza.
Hizbullah Lebanon saat ini sering terlibat dalam pertempuran di sepanjang perbatasan Lebanon dan telah memperluas cakupan serangannya terhadap sasaran militer Israel.
"Pertukaran tawanan yang terjadi antara Israel dan Hamas membuktikan kalau kelompok Palestina mampu berjaya secara diplomatis. Pertukaran ini juga bertujuan untuk mengungkap kepada dunia bahwa Israel juga menahan perempuan dan anak-anak tanpa tuduhan apa pun," kata dia.
Dia menyoroti bagaimana tawanan warga sipil Israel yang dibebaskan, sebagian besar terekam tersenyum, berjabat tangan dan berterima kasih kepada pejuang Hamas atas pembebasan mereka.
Di sisi lain, perempuan dan anak-anak Palestina menceritakan pelecehan, penyiksaan dan penghinaan yang mereka derita di tangan para sipir penjara Israel.
"Hal ini merupakan satu lagi bencana (dalam hal) hubungan masyarakat (citra) yang menimpa pemerintah Israel, yang terlihat lebih bersalah dibandingkan Hamas," kata dia.
Inlakesh secara terbuka menganalisis kalau Pemerintah AS berada di kursi pengemudi perang ini.
"Mereka mempunyai kekuatan untuk mengakhiri konflik kapan saja, namun terus memperpanjang bencana ini. Selama tujuh hari jeda permusuhan, tidak ada perubahan yang menguntungkan Israel dalam mewujudkan kemenangannya. Tidak ada solusi militer terhadap perang di Gaza, AS harus menyadari bahwa konflik ini tidak akan pernah berakhir sampai rakyat Palestina diberikan keadilan dan kebebasan," kata Inlakesh.
Dia menambahkan, selama 75 tahun, pemerintah kolektif Barat mengabaikan penderitaan rakyat Palestina.
"San mereka tidak pernah menjadi perantara perdamaian yang obyektif," katanya.
Inlakesh memberikan narasi, "Kekerasan menghasilkan kekerasan dan kebencian menghasilkan kebencian, tidak mungkin membunuh orang-orang Palestina begitu saja agar tunduk".
"Bahkan jika Hamas dikalahkan, akan ada lebih banyak kelompok yang muncul untuk membalas kekalahan mereka dan memperjuangkan kemerdekaan di masa depan. Jika komunitas internasional bersatu, siklus ini dapat diputus, namun hal ini membutuhkan keberanian," tutup ulasan Inlakesh.
(oln/RT/*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.